Cerita Mantan Anggota Tentang Kisah, Pesan dan Pemaknaan Negara Islam Indonesia

Iuran atau setoran setiap bulannya diakui Dede, tak ada minimal uang yang harus dibayarkan, namun beban setiap bulannya itu disebut mengikuti aturan Keislaman yang dicontohkan Rosulullah, Nabi Muhammad SAW.

“Zakat, infaq, sodaqoh dan ada beberapa bayar per bulan lainnya termasuk menabung ke negara, setiap anggota walaupun nominalnya gak ada minimal tapi itu harus,” ucap Iwan.

“Kita itu dikadikan sapi perah, makanya bahasa pimpinan kepada kita itu Arum. Bukan Arum surat Ar-Rum, ternyata setelah kita tahu itu Arum Akar Rumput. Kalau akar rumput itu ‘kan disabit, kemudian gemuk (tumbuh) disabit lagi, jadi seperti sapi perah, harta habis,” lanjutnya.

Iwan mengaku, pada 1999 masih bekerja dengan gaji setiap bulannya Rp245 ribu rupiah. Akan tetapi karena harus membayar uang bulanan atau dalam istilah NII itu Infaq, sehingga Iwan harus bertahan hidup dari sisa gajiannya tersebut.

“Infaq itu kalau bahasa mereka sebagian, artinya hampir setengah (dari penghasilan). Saya waktu masih kerja (bayar) Infaq itu satu bulan Rp200 ribu (rupiah),” papar Iwan yang mengenakan jaket dan celana serba hitam, sambil memindahkan posisi kaca mata ke atas jidat.

Tak tanggung-tanggung, gaji Rp245 rubu rupiah yang Iwan peroleh selama bekerja satu bulan itu, hanya bisa dia nikmati sebesar Rp40 ribu rupiah. Bahkan dia mengaku, selama dia aktif dalam NII jika dihitung berapa kerugian dari bayar Infaq setiap bulan dengan bermacam iuran lainnya, Iwan sudah menghabiskan sebentuk rumah.

Teh hitam panas yang kini mulai hangat diteguk Iwan cukup banyak guna membasahi tenggorokannya. Usai meminum teh hitamnya, Iwan melanjutkan, untuk anggota NII yang tidak mempunyai pekerjaan, biaya setiap bulan tersebut masih tetap harus ditanggung.

“Gak ada suplai dana (untuk anggota yang tidak bekerja), tetap harus bayar. Ada yang ngamen, ada yang minta-minta pakai proposal. Kadang mengatas namakan anak yatim,” kata Iwan dengan senyuman ramah menggurat wajah.

Ajakan bernegara dengan sistem Islam menjadi pondasi masyarakat ikut bergabung dalam NII, termasuk Dede dan Iwan. Meski begitu, bukan hanya kalangan pra sejahtera yang ikut bergabung, dikatakan Iwan dan Dede, kalangan berpendidikan hingga ekonomi mengengah ke atas pun banyak yang memegang ideologi NII dan turut menjalankan sistem tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan