BKKBN Jabar Target Tak Ada Stunting Baru di 2023

Jabarekspres.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar fokus memberikan edukasi dan pendampingan terhadap masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Hal tersebut dilakukan guna pencegahan terjadinya stunting baru di Jabar.
Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Wahidin di Bandung mengatakan, pencegahan stunting baru yang dilakukan BKKBN Jabar merupakan sering dengan target Gubernur Jabar Ridwan Kamil, yakni zero stunting di 2023 tahun depan.
“Sebenarnya bukan tidak ada stunting, tapi tidak ada stunting baru. Stunting yang sekarang ada kita dampingi, tapi kalau bisa jangan ada stunting baru,” kata Wahidin di Bandung, Senin (25/4).
Dia menjelaskan, adanya stunting di tengah masyarakat merupakan pekerjaan rumah (PR) untuk kerja keras mengedukasi semua lapisan warga agar pola hidup sehat terealisasi.
Salah satu penyebab masih tingginya angka prevalensi stunting di Jawa Barat, terang Wahidin, karena pola perilaku atau pola asuh orang tua, khususnya terkait asupan makanan anak.
“Sejauh ini pola perilaku dan pola asuh orang tua. Jadi ketika lahir sehat, namun dalam dua tahun terjadi stunting,” ujarnya.
Sebagai contoh, Wahidin mengatakan, banyak warga lebih memilih mengonsumsi makanan instan yang tidak bergizi. Padahal, Jawa Barat dikenal sebagai lumbung sayuran.
“Mereka malah jual sayur, hasilnya beli mie. Warga kita di daerah pelosok juga kebanyakan suka makanan instan. Itu sangat berpengaruh,” kata Wahidin.
Wahidin menyebutkan, angka prevalensi stunting di Jawa Barat saat ini mengalami penurunan signifikan. Dari 31,5 persen pada 2018, kini berada di angka 24,5 persen atau setara nasional, yakni 24,4 persen.
Dijelaskan, meski mengalami penurunan signifikan, angka prevalensi stunting Jawa Barat masih tergolong besar. Penyebabnya adalah faktor banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat.
“Secara nasional memang terlihat besar karena yang stunting ada sekitar 5,3 juta atau 20 persen,” ungkap Wahidin.
Di samping itu, Wahidin menjelaskan, disparitas angka stunting antarkabupaten/kota di Jawa Barat juga masih lebar. Saat ini, ada daerah dengan prevalensi tertinggi, yakni 35 persen dan terendah 12 persen.
“Ada dua daerah sudah di bawah standar nasional, sesuai arahan presiden di 2024 itu 14 persen. Di Jabar itu Depok dan Bekasi sudah di bawah 14 persen,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan