BANDUNG – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung melakukan monitoring, Rabu (30/3) pagi di pasar tradisional. Pihaknya menyebut stok daging sapi dinilai aman, tetapi para pedagang keluhkan sepinya pembeli.
Kadispangtan, Gin Gin Ginanjar, mengatakan bahwa stok daging sapi dinilai aman untuk beberapa bulan ke depan walau nihil pembeli.
“Ketersediaan (daging sapi, red) aman dan stabil untuk perkiraan 3 bulan ke depan, bahkan yang menarik tadi para pedagang mempertanyakan mana pembelinya,” ujar Gin Gin kepada wartawan dalam acara Bandung Menjawab, di Balai Kota, Bandung, Rabu (30/3).
Gin Gin menambahkan, pengusaha mencoba untuk tetap menyediakan stok daging sapi seperlunya, karena takut tidak ada pembeli.
“Sebetulnya (stok daging sapi, red) ada tersedia. Tapi ya ini, harga yang terus naik. Pengusaha jaga-jaga tidak berani potong banyak kalau di pasar tidak ada pembelinya, tapi dari sisi ketersediaan sapi hidup sebetulnya aman,” kata Gin Gin.
Kendati demikian, dia mengungkapkan, saat ini terjadi peningkatan dalam kuantitas pemotongan, meski memang tidak banyak.
“Standarnya, di rumah potong hewan yang kita punya setiap hari memotong 41 ekor sapi, kemarin itu memotong sudah sampai 72 ekor, mulai menaik terus,” ujar Gin Gin.
Sementara itu, untuk kenaikan harga daging sapi yang sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu, Dispangtan memprediksi akan naik sekitar 10 persen.
“(Naik) ke Rp 140.000-an, awalnya Rp 110.000 sampai Rp 120.000. Ini memang biasa menjelang puasa, tapi kita terus pantau agar kenaikan masih dalam batas toleransi,” tuturnya.
Selain memantau, Dispangtan mencoba untuk melakukan berbagai komunikasi dan publikasi guna memberi informasi yang relevan bagi warga.
“Kami juga melakukan komunikasi dengan para pedagang, produsen, agen untuk menghitung mengenai ketersediaan stok. Kami publikasikan setiap saat kepada warga melalui media publikasi agar bisa diketahui,” pungkas Gin Gin.