BOGOR – Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut melkukan prosesi wisuda para petani milenial di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis. (24/3).
Menurut Ridwan Kamil, para petani milenial ini dibina langsung oleh IPB dan akan siap terjun untuk membantu program petani milenial yang baru satu tahun didirikan.
Sebanyak 1.249 petani milenial Angkatan I akan ikut membantu kemajuan pertanian di Jawa Barat.
Dengan banyaknya lulusan inipertanian diharapkan ke depan sektor pertanian di Jawa Barat akan berkembang.
‘’Tak dipungkiri, selama perjalanan satu tahun ini banyak terjad, i dinamika, hingga menyebabkan sebagian petani milenial tidak cukup berhasil,’’ujar kang emil—sapaan akrab Ridwan Kamil.
Beberapa kendala itu di antaranya alah masih ada sebagian petani milenial yang kesulitan akses perbankan.
Ada juga petani milenial yang gagal mengelola hasil pertanian sehingga mengalami gagal panen.
‘’Ini semua dinamika dan proses, yang harus dijalani untuk menuju keberhasilan,’’ucap Ridwan Kamil.
Tokoh Nasional asal Jabar ini mengaku sangat bangga dengan keberadaan 1.249 yang siap menjadi petani milenial.
‘’Inilah yang membuktikan konsistensinya dan pantang menyerah,’’kata Ridwan Kamil.
Peserta yang mengikuti wisuda ini adalah peserta Program yang memiliki pendapatan minimal setara upah minimum kabupaten/kota di lokasi usaha.
Berbagai macam latar belakang peserta yang ikut dalam program ini hingga inaugurasi, mulai dari mereka yang berlatar belakang keluarga petani.
‘’Ini juga ada sarjana non-pertanian seperti psikologi, sastra, mahasiswa, dosen, seniman, maupun ibu rumah tangga,’’katanya.
Peserta yang diwisuda sebagian besar peserta laki-laki 88 persen, sedangkan peserta perempuan 12 persen.
Dari kategori umur, untuk usia 19-24 tahun 19 persen, usia 25-29 tahun 26 persen, dan paling banyak peserta di usia 30-39 tahun yang mencapai 55 persen.
Kang Emil menegaskan, bahwa petani milenial bukan program karpet merah yang secara instan bisa langsung menghasilkan keuntungan tanpa rintangan.
Program ini diibaratkan pendakian gunung yang harus selalu didampingi pemerintah lewat pelatihan, anggaran, lahan, teknologi sampai pemasaran.
“Saya bilang program ini bukan program karpet merah yang bisa langsung sukses, melainkan program mendaki gunung yang didampingi pemerintah melalui pelatihan, anggaran, lahan, peralatan, dan pemasaran,” jelasnya.