Ia pun langsung memasukan air itu ke dalam dirigen yang sudah ia bawa. Setelah penuh, ia bergegas kembali menuju teman-temannya di atas.
Setelah tiba, ia langsung membangunkan teman-temannya itu. Mereka pun bangun dan senang karena ia membawa air. Air tersebut sangat unik. Seteguk saja langsung menyegarkan tubuh. Mereka kembali segar.
“Dapat air dari mana ini? Ada yang naik (pendaki) nyusul, tadi?’ kata salah satu dari mereka. Ia pun menjawab bahwa seorang nenek-nenek telah memberitahu kalau di bawah sana ada kolam air bersih.
“Jam berapa sekarang?” kata salah satu dari mereka. Saat itu jam menunjukkan pukul setengah satu malam. Keadaan pun hening, mereka hanya saling memandang satu sama lain.
“Yuk, naik lagi. Puncaknya udah mulai deket,” kata salah satu dari mereka memecah keheningan.
Satu lagi tambahan. Singkat cerita, keesokan harinya saat hendak turun dari puncak, mereka berniat menemukan bak air itu. Hasilnya? Tidak ada apa-apa di sana.
Tidak ada yang mengerti bagaimana bisa ada kolam air di tengah gunung, di tengah leuweng seperti itu? Tentu saja, apa yang sedang dilakukan seorang nenek-nenek di tengah gunung, di tengah leuweng, tengah malam pula?