Merayakan Hari Puisi Sedunia lewat Seniman Besar Jawa Barat

Saini KM: Karya-karyanya

Minatnya terhadap sastra itu sangat tinggi. Beliau merupakan penulis yang sangat produktif, banyak karya-karya yang telah ia cetuskan.

Karya-karya puisinya antara lain: Nyanyian Tanah Air (1968), Rumah Cermin (1979), Sepuluh Orang Utusan (1989), dan Mawar Merah (2001).

Beliau juga tidak hanya menulis puisi. Bahkan ia lebih banyak menulis karya prosa. Dalam cerpen, ia menulis cerpen dalam kumpulan berjudul Anting Perak (1967). Ia juga mempunyai novel berjudul Purbaya (1976). Selain itu, ia juga melakukan kegiatan terjemahan karya-karya pengarang luar, seperti misalnya, Percakapan dengan Stalin karya Milovan Djilas (1963), dan satu lagi Bulan di Luar Penjara karya Ho Tji Minh.

Karya-karya non-fiksi beliau bahkan lebih banyak lagi. Karya-karya non-fiksinya antara lain: Protes Sosial dalam Sastra (1983), Beberapa Gagasan Teater (1981), Dramawan dan Karyanya (1985), Teater Modern dan Beberapa Masalahnya (1987), Apresiasi Kesusastraan (bersama Jacob Sunardjo, 1986), Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993), Peristiwa Teater (1996), Seni Teater 1—6 (bersama Ade Puspa dan Isdaryanto, 1989 dan 1990), dan  Antologi Sastra (bersama Jakob Sumardjo, 1992). Ini membuktikan bahwa ia mempunyai keseriusan yang sangat tinggi terhadap dunia kesusastraan.

Dari beberapa karya non-fiksinya, kita bisa melihat beberapa kecenderungan lain dari ketertarikan Saini KM atas kesusastraan, yakni perihal drama, yang merupakan salah satu bentuk seni sastra. Saini KM sangat produktif dalam penciptaan drama daripada puisi atau prosa.

Karya-karya dramanya antara lain: Pangeran Geusan Ulun (1963), Pangeran Sunten Jaya (1973), Ben Go Tun (1977), Siapa Bilang Saya Godot (1977), Restoran Anjing (1978), Egon (1978), Kerajaan Burung (1980), Sebuah Rumah di Argentina (1980), Serikat Kacamata Hitam (1981), Sang Prabu (1981), Pohon Kalpataru, Panji Koming (1984), Madegel (1984), Amat Jaga (1985), Ken Arok (Balai Pustaka, 1985), Syekh Siti Jenar (1986), Dunia Orang-Orang Mati (1986), Ciung Wanara (1992), dan Damarwulan (1995).

19 karya drama ia hasilkan. Produktivitas yang sangat “mengintimidasi” semangat penciptaan karya bagi para pengarang-pengarang pendatang.

Saini KM: Cakrawala Pengetahuan

Dari semua karyanya itu, kita bisa katakan bahwa Saini KM memiliki pengetahuan yang mumpuni perihal kesusastraan. Dan tidak hanya berwawasan luas atas sastra daerah dan Indonesia saja, namun juga kesusastraan dunia dari Timur sampai Barat.

Dramanya berjudul Siapa Bilang Saya Godot tentu mengingatkan kita pada drama En attendant Godot karya dramawan terkenal asal Prancis Samuel Beckett. Karya Becket itu tentunya tidak asing bagi orang-orang atau pemerhati kesusastraan: karya drama atau teater yang punya pengaruh penting dalam dunia kesusastraan Barat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan