Sebelum Curhat kepada Seseorang, Perhatikan Dulu Hal Ini

4. Kontrol Diri

Ketika menumpahkan curhat, tak jarang sedang dalam kondisi emosi besar. Curhat sambil nangis atau sambil marah. Itu lumrah ketika emosi bergejolak.

Tapi, bukan berarti sampai keluar kata-kata kasar atau luapan emosi yang menggerakkan fisik. Itu bisa membuat pihak yang dicurhatin jadi nggak nyaman. Kita harus bisa mengontrol ucapan dan perilaku.

5. Siap dengan Konsekuensi

Ketika kita memulai curhat, harus siap dengan segala konsekuensi. Kalau hanya ingin didengar, sampaikan di awal, “Saya pengin cerita doang nih, nggak usah kasih solusi atau saran, dengerin aja”.

Tugas teman yang dicurhati pun berkurang, nggak usah bantu mikirin solusi. Karena dengan didengar saja, ada sifat terapeutik, melegakan. Beban berkurang.

Tapi, kalau dari awal bilang, “Lagi bingung nih, butuh masukan,” harus siap jika saran orang tersebut nggak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau masalahnya dirasa pelik atau khawatir menimbulkan konflik, bisa curhat kepada ahli, psikolog atau psikiater.

Curhat itu nggak hanya untuk perempuan. Hal yang sama berlaku buat laki-laki. Mengomunikasikan apa yang menjadi keresahan dan melibatkan orang lain untuk sama-sama memikirkan hal tersebut bisa membantu menurunkan stres lho.

Kembali lagi, pertimbangkan lawan curhatnya. Kapan, di mana, serta apa yang dicurhatkan. Curhat kepada ahlinya yaitu psikolog atau psikiater juga bisa jadi pilihan. Nggak perlu khawatir, ini kebutuhan yang manusiawi. (jawapos/ran)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan