Produksi Kentang Asal Kabupaten Bandung Mencapai 50.000 Ton per Tahun

SOREANG – Produksi kentang asal Kabupaten Bandung bisa memenuhi kebutuhan secara nasional sekitar 24 persen, selain produksi kentang asal Garut, Majalengka, Dieng dan daerah lainnya.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tisna Umaran saat melaksanakan panen raya kentang di Desa Cihawuk Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, belum lama ini.

“Setahun itu produksi kentang di Kabupaten Bandung bisa mencapai 40.000 ton sampai 50.000 ton,” ungkap Tisna.

Menurut Tisna, keunggulan Kabupaten Bandung, memiliki balai pembibitan kentang yang dikerjasamakan dengan pihak lain. Balai pembibitan kentang itu berada di Kertasari.

“Jadi relatif sumber daya manusianya paling paham dalam pelaksanaan pertanian kentang. Di antaranya, ada petani asal Kabupaten Bandung yang berdayakan ke Sulawesi Selatan,” kata Tisna.

Tisna pun menjelaskan, luas lahan pertanian kentang di Kabupaten Bandung mencapai 200 sampai 250 hektare. Tetapi, kata Tisan, tidak selamanya tanam kentang, karena ada pergiliran tanam dengan jagung manis.

Karena keberadaan lahan di Kecamatan Kertasari maupun di Pangalengan sangat kecil, ucap Tisna, sehingga para petani lebih banyak menanam kentang itu pada lahan kawasan, baik di kawasan Kehutanan maupun di Perkebunan.

“Nah di Perkebunan ada slot. Slot tersebut namanya pemberdayaan masyarakat desa kebun. Memang sekarang ini, secara eksisting lahannya itu digarap oleh para petani untuk menanam sayuran,” katanya.

Namun, lanjut Tisna, pihak perkebunan dalam menggunakan slot pemberdayaan masyarakat desa kebun itu, sementara diperbolehkan menanam sayuran di antara sela-sela tanaman keras atau dengan sistem tumpang sari. Misalnya, tanaman kopi dan alpukat.

“Diharapkan tanam kentang terus berjalan, tetapi terkait konservasinya bisa dikendalikan,” jelasnya.

Sementara itu, saat ditanyakan terkait ketersediaan menjelang Ramadhan, Tisna pun mengatakan, menjelang Ramadhan, khususnya cabe keriting tidak akan mengalami kekurangan, termasuk ketersediaan bawang merah relatif aman untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, lanjut Tisna, beras juga aman. Namun yang menjadi masalah saat ini, katanya, terus menerus turun hujan.

“Jadi petani harus intensif, terkait dengan penyakit busuk buah. Namun yang dikhawatirkan menjadi masalah itu ketersediaan daging sapi, karena harganya tinggi karena harga daging sapi dari Australia naik,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan