JAKARTA – Terapi plasma konvalesen sempat ramai dibicarakan publik karena diyakini memberi harapan bagi penyembuhan pasien Covid-19. Terapi ini merupakan plasma yang diambil dari orang yang sudah pulih dari Covid-19, dan darahnya memiliki antibodi melawan SARS-CoV-2.
Kabar plasma konvaselen saat ini
Hingga saat ini, terapi plasma konvalesen masih terus diteliti efektivitasnya. Hal tersebut didasari pada pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 7 Desember 2021, di mana plasma konvalesen harus diberikan pada pasien yang berada di rumah sakit, sebagai bentuk pelayanan yang berbasis penelitian.
“Ternyata hal tersebut juga banyak dilakukan baik di rumah sakit di Indonesia maupun di luar negeri,” papar ahli dari RS Unggul Karsa Medika (RS UKM) Dr. dr. Monica, Sp.An., KIC., M.Si., MM., MARS., kepada wartawan, Selasa (15/2).
Dalam melaksanakan penelitian, dr. Mo, sapaannya, selalu berkomunikasi secara intensif dengan para peneliti plasma konvalesen, baik yang saat ini bertugas di Mayo Clinic, Johns Hopkins University, dan Albert Einstein College of Medicine. Dengan demikian diharapkan para pasien penderita Covid-19 akan mendapatkan plasma konvalesen dengan kadar antibodi yang terbaik, yang dapat disediakan oleh PMI pada saat ini.
Para penyintas Covid-19 yang melakukan donor plasma konvalesen diyakini tubuhnya akan menjadi lebih sehat dan imun tetap terjaga. Karena fungsi plasma darah adalah membawa berbagai zat penting, seperti protein, hormon, dan nutrisi ke sel-sel yang berbeda di dalam tubuh.
Ini termasuk juga hormon pertumbuhan yang membantu otot dan tulang bertumbuh. Serta, hormon pembekuan yang membantu tubuh menghentikan pendarahan saat mengalami luka, seperti dikutip dari laman PMI.
Pada 28 Desember 2021 Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Food and Drug Administration FDA mengeluarkan pernyataan, bahwa plasma konvalesen dapat diberikan kepada pasien rawat jalan di samping kepada pasien rawat inap. Terapi ini diberikan terutama kepada pasien-pasien yang memiliki gangguan imunitas atau mendapatkan terapi imunosupresif.
Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian multicenter di AS yang menemukan pemberian plasma konvalesen secara dini, dapat mencegah hospitalisasi lebih dari 50 persen. Terlebih lagi penelitian besar tersebut mengacu kepada pemberian plasma konvalesen dalam 9 hari pertama, sejak gejala pertama penyakit Covid-19 timbul.