Mendikbudristek Klaim Kurikulum Merdeka Akan Lebih Fleksibel

JAKARTA – Kurikulum 2013 dinilai kurang fleksibel diterapkan dimasa pandemi, karenanya  Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah merilis penerbitan kurikulum baru yakni Kurikulum Merdeka yang akan menggantikan kurikulum lama tersebut.

Mendikbudristek Nadiem Makarim saat Peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar secara daring, menjelaskan alasan lengkapnya menerbitkan kurikulum tersebut.

Alasan pertama menurut Nadiem adalah Kurikulum 2013 yang tidak fleksibel, di mana saat ini terjadi pandemi Covid-19 yang membutuhkan fleksibilitas lebih.

“Dia (guru) tidak bisa memilih sekolah itu mau fokus di bagian mana dulu, karena sangat kaku dan tidak fleksibel,” ujarnya pada Minggu (13/2).

Kedua, menurutnya materi pembelajaran pada Kurikulum 2013 terlalu padat yang juga dikeluhkan para guru maupun peserta didik. Hal itu membuat pembelajaran tidak maksimal sehingga materi tidak dapat diperdalam.

Ketiga, Kurikulum 2013 dinilai kurang mampu mengakomodasi kemampuan anak yang berbeda-beda dan terkesan membosankan.

“Materi kita kadang-kadang membosankan, kurang beragam, sehingga guru tidak punya banyak toolkit untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual,” seru dia.

Alasan keempat, pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran di Kurikulum 2013 belum digunakan secara optimal. Kini, di Kurikulum Merdeka hal itu dilakukan agar dapat meminimalkan keterbatasan akibat pandemi.

“Jadi, Kurikulum Merdeka itu adalah kurikulum darurat yang kita kembangkan supaya lebih optimal lagi, lebih fleksibel lagi,” ucapnya.

para guru pun dapat menentukan model pengajarannya, yakni bisa memilih mengejar ketertinggalan dahulu atau mematangkan kompetensi anak-anak.

“Jadi, kurikulum merdeka itu adalah kurikulum darurat yang kita kembangkan supaya lebih optimal lagi. Jadi, kita fokus pada materi yang esensial,” tutur Nadiem.

Kemudian juga pihaknya memberi kewenangan pada guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

“Kita memberikan dukungan digital, suatu aplikasi Merdeka Mengajar, sebagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktek mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik,” tutupnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan