JAKARTA – Pemerintah Indonesia telah siap menghadapi gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron. Bahkan sebelum Omicron masuk ke Indonesia, sebelum terjadinya transmisi lokal dan lonjakan kasus di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo yang menyebutkan pemerintah mulai melakukan persiapan saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Omicron sebagai variant of concern (VOC) pada 26 November 2021.
Pemerintah juga telah sigap dan cepat memperketat karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri. Diantaranya dengan memperpanjang masa karantina menjadi 14 hari.
“Berkat keberhasilan karantina tersebut kita bisa belajar karakteristik Omicron dengan lebih baik dari negara lain. Sehingga kita lebih tahu apa yang harus disiapkan,” ujar Abraham kepada wartawan, Sabtu (5/2).
Menurut Abraham, Indonesia termasuk negara yang belakangan terkena Omicron, yakni negara ke-80. “Banyak negara maju yang kemasukan Omicron lebih dulu daripada Indonesia,” terang Abraham.
Abraham mengakui, ancaman gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron adalah nyata. Pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan lonjakan kasus. Mulai dari menyiapkan testing, tracing, bed, tempat isolasi, oksigen, obat, telemedisin, dan vaksin.
“Per minggu lalu, testing mencapai 351.442 per hari, tracing 10,87 rasio kontak erat, dan kesiapan bed dinaikkan dari 82.168 menjadi 150.000 tempat tidur. Untuk Isolasi terpusat ada 76.636 unit,” tuturnya.
Terkait kesiapan vaksin dan obat-obatan, Abraham merinci, sudah ada 318 juta lebih dosis vaksin dan hampir 80 juta obat-obatan terapi Covid-19 yang sudah disiapkan untuk menghadapi gelombang Omicron.
“Obat-obatan itu, Favipiravir sekitar 25 juta lebih, Remdesivir hampir 1 juta injeksi, Molnupiravir 200 ribuan kapsul, dan multivitamin sekitar 52 ribu sekian,” ungkapnya.
Abraham juga menekankan perlunya kesadaran masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, mengurangi mobilitas, dan suntik vaksin. Termasuk juga masyarakat agar tidak panik berlebih dan memprioritaskan rumah sakit bagi yang mengalami gejala berat, kritis, lansia, dan komorbid.
“Saya ingatkan sekali lagi, karakteristik Omicron berbeda dari Delta. Memang Tingkat penularannya lebih tinggi. Tapi keparahan lebih ringan,” pungkasnya. (jp/rit)