Kudeta lainnya terjadi di Sudan pada Oktober 2021, dan ini memang imbas dari kudeta sebelumnya, tahun 2019. Sejak kudeta April 2019 berhasil menggulingkan mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir.
Militer dan kelompok masyarakat sipil pro-demokrasi terus berselisih memperebutkan kursi pemerintahan meski telah sepakat berdamai dan membagi kekuasaan.
Pada 16 Oktober 2021, ribuan orang berkumpul di Istana Kepresidenan Khartoum untuk menyerukan transisi pemerintah Sudan dengan meminta militer mengambil-alih kekuasaan.
Pendemo meminta Kepala Angkatan Bersenjata Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan untuk menggulingkan pemerintahan.
Pada 25-10 2021, angkatan bersenjata Sudan mengepung rumah PM Hamdok di Ibu Kota Khartoum dan menjadikan sang pemimpin sebagai tahanan rumah.
Namun dalam kasus Sudan, lebih mirip di Myanmar, dimana pada akhirnya rakyat berseberangan dengan militer, dan berada dalam barisan pro-demokrasi.
Ada juga kudeta konstitusional di Chad, ketika presiden Idris Deby Itno meninggal akibat pertempuran di medan konflik melawan kelompok pemberontak Front for Alternation and Concord in Chad (FACT).
pada 20 April 2021. Secara cepat, pemimpin militer Chad menunjuk Mahmud ibn Idriss Déby Itno, putra penguasa tujuh periode itu, sebagai pengganti.
Militer kini bergerak cepat mengamankan posisi Mahmud Idriss yang masih berusia 37 tahun, sekaligus menangguhkan konstitusi dan membentuk dewan transisi 18 bulan.
Tentara juga membubarkan pemerintah dan Majelis Nasional, menutup semua perbatasan udara dan darat, dan memberlakukan jam malam.
Rangkaian kudeta di negara-negara di negara-negara Afrika, dua tahun terakhir, membuktikan kembali teori bilyard ball effect, setelah sebelumnya terjadi rangkaian perubahan sistem pemerintahaan dengan menumbangkan rezim-rezim otoriter.
Zein al-Abidin Ben Ali di Tunisia, Hosni Mubarak di Mesir, Moammar Khadafy di Lybia, dilanjutkan oleh Yaman, Bahrain, dan Suriah, yang kemudian dikenal dengan Tuninami atau juga Arab Spring atau musim semi Arab.
Sebuah istilah yang menunjukkan kejatuhan berderet rezim pemimpin-pemimpin otoriter dunia Arab.
Sedangkan kejatuhan pemerintahan di negara Burkina Faso, Mali, Guinea, Sudan, dan Chad, yang jatuh ke tangan militer.
Hal ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan the Arab Spring. Mungkin kita namai sesuai musim di Eropa yang Spring nya sudah dipakai, bisa jadi tepat kalau diibaratkan “musim gugur” atau “African Fall”