Begini Kendala Saat Pelaksanaan ANBK di Sekolah

SOREANG – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi melakukan monitoring Assessment Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang digelar salah satu Sekolah Dasar (SD) di SMPN 1 Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (25/11).

Menurutnya kebanyakan para siswa baru diajarkan komputer oleh gurunya, sehingga untuk pelaksanaan ANBK masih banyak siswa yang belum terbiasa menggunakan komputer.

“Jadi para siswa kebanyakan menggunakan komputer baru diajarkan beberapa waktu sebelumnya oleh guru, pakai laptop gurunya. Tapi rata-rata mereka bisa. Tinggal pengaturannya saja,” ungkap Dede Yusuf.

Kendala lainnya adalah masalah perangkat atau server, karena tidak semua sekolah memiliki server yang memadai. Sehingga harus menumpang di sekolah lain.

“Sehingga ke depannya pemerintah harus memfasilitasi TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi), harus ditingkatkan dan diperbanyak. Hanya nanti jumlah kepastiannya berapa kami belum bisa menjawab karena anggaran di Kemendikbud banyak pengurangan (refocusing). Selama masih pandemi kita tidak punya komitmen untuk menambah atau mengurangi,” jelasnya.

Dede Yusuf juga menyatakan, bahwa ANBK yang baru pertama dilaksanakan ini sebagai pengganti ujian nasional, dengan konsep yang berbeda.

“Apabila ujian nasional dilakukan pada akhir masa pembelajaran. Kalau ini satu tahun sebelum akhir, jadi untuk kelas 5 SD, kelas 2 SMP, dan kelas 2 SMA,” katanya.

Dede menjelaskan, tujuan utama dari ANBK ini untuk mengetahui posisi pendidikan di Indonesia, yang dilakukan secara acak dengan konsep melalui survei.

“Kalau kita ingin mengetahui posisi pendidikan kita, maka ANBK ini adalah salah satu upaya. Tadi sudah saya lihat, ANBK di sekolah ini untuk SD. Tapi pelaksanaannya menumpang di SMPN dikarenakan SD tempat asal tidak memiliki fasilitas TIK,” imbuhnya.

Saat berkomunikasi dengan para siswa, Dede menyebut, mereka merasa nyaman dan tidak tegang. Para siswa ini mengaku tidak terbebani dengan ujian seperti biasanya.

“Saat saya tanya, mereka (siswa) senang dan tidak merasa tegang. Karena kalau ujian kelas 6 mereka tegang seolah-olah mereka harus lulus. Tidak sedikit siswa yang terbiasa dengan komputer karena sudah belajar menggunakan laptop bahkan ada yang mengaku kerap main game online di warnet,” tandasnya. (yul)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan