Pegiat Lingkungan Sumedang Sebut Pentingnya RTH di Tengah Masif Pembangunan

SUMEDANG – Momentum Hari Pohon Sedunia rasanya masih terasa. Sebab kepedulian terhadap lingkungan tak hanya perlu dilakukan setiap 21 November, melainkan setiap hari.

Karenanya, Pembina Organisasi Gerakan Pemuda Peduli Alam (Gempa) Cimanggung, Dekki Ismailudin menyampaikan, perhatian terhadap ruang terbuka hijau harus jadi prioritas setiap lapisan elemen masyarakat.

“Pada dasarna Hari Pohon Sedunia bukan sebatas hari penanaman, tapi pada intinya harus berikan contoh peduli lingkungan minimal di rumah masing-masing,” kata Dekki kepada Jabar Ekspres, Senin (22/11).

Menurut Dekki, kepedulian lingkungan terutama dalam penanaman pohon sebagai penyumbang oksigen manusia, tak selalu harus dengan tanaman keras.

“Minimal di lingkungan masing-masing atau rumah masing-masing, bisa juga tanaman-tanaman hias supaya ada penghijauan di rumah sendiri,” pungkas Dekki.

Selain bermanfaat dalam penyediaan oksigen, dijelaskan Dekki, pohon juga dapat berperan dalam meminimalisir perubahan iklim termasuk sebagai resapan air guna mencegah terjadinya bencana.

“Kalau ada ruang terbuka hijau, bisa meminimalisir perubahan iklim. Sebagai paru-paru dunia, pohon juga bermanfaat dalam penyumbang oksigen, resapan air supaya tidak banjir dan mencegah longsor,” imbuh Dekki.

Dalam pemaparannya, perkembangan serta kemajuan setiap daerah termasuk Kabupaten Sumedang dalam pembangunan infrastruktur, perlu diperhatikan juga mengenai dampak akibat minimnya serapan air.

“Jelas ada dampak dari pembangunan, jadi pemerintah bukan hanya sebatas memperingati Hari Pohon Sedunia, tapi harus ada penyeimbang dengan ruang terbuka hijau supaya ada resapan air, mencengkram tanah dan meminimalisir polusi udara,” ucap Dekki.

“Sumedang sebagai Kota Buludru harus memperhatikan lingkungan, pemerintah harus bisa mendorong warga supaya dapat melakukan penghijauan. Warga juga harus mendukung apa yang diinstruksikan pemerintah,” tambahnya.

Dekki berujar, guna mengantisipasi terjadinya bencana baik banjir atau longsor, sebagai penyeimbang dalam pembangunan infrastruktur yang banyak, perlu dibarengi dengan penanaman pohon yang sesuai, termasuk saluran drainase yang baik.

“Minimal ada wilayah ruang terbuka hijau untuk menyeimbangi pembangunan yang besar-besaran. Jangan sampai menunggu bencana,” tutup Dekki. (mg5)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan