Catatan Aa Wahyudi: Survey Kampanye Tanpa Baliho

Biasanya yang ditanyakan lembaga survey capres kepada responden bersifat klasik atau umum. Misalnya, jika saat ini dilaksanakan pilpres maka siapakah yang Anda pilih. Nah, baru-baru ini telah diumumkan hasil survey keterpilihan sebagai presiden dengan butir pertanyaan yang sama namun dengan “gaya” pertanyaan yang berbeda, yakni jika sang capres tidak perlu melakukan kampanye politik (salah satunya dengan memasang wajah di baliho).

Adalah Development Technology Strategy (DTS) Indonesia yang melakukan survey unik tersebut. Dari hasil survey oleh DTS nama Ganjar Pranowo berkibar di puncak dengan 31,57% disusul Prabowo Subianto 28,10% dan Anies Baswedan 24,58%. Dimana nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil? Dengan terpaksa (untuk sementara) nama Emil tidak muncul.Tapi fans Emil tidak perlu berkecil hati karena nama besar lainnya seperti Airlangga Hartarto dan Puan Maharani juga tidak masuk hitungan responden.

Penulis sebut survey oleh DTS sebagai “unik” karena memang pertanyaan surveynya (sepertinya) belum pernah ada. Walaupun sebenarnya subtansinya sama. Sedangkan masalah “tanpa baliho” menurut penulis bukanlah hal yang penting apalagi istimewa, mengapa?

Wajah tokoh publik tidak hanya bisa dikenal melalui baliho, tapi juga lewat layar TV maupun media sosial. Bahkan kalau dikaji, daya jangkau untuk dikenal melalui baliho lebih terbatas dibanding melalui media massa, termasuk media sosial. Selain itu baliho hanya identik dengan pengenalan figur pada saat akan ada pesta demokrasi, baik ditingkat regional (pilgub dan pilkot) maupun pilpres di tingkat nasional.

Artinya, ketika ada pertanyaan dengan menyebutkan “baliho” maka responden sudah tahu kemana arah pertanyaan lembaga survey.
Ibarat mengikuti event olahraga multi sport, di “nomor tanpa baliho” Emil tidak berprestasi, sehingga namanya tenggelam. Mengapa demikian? Agak susah mencari jawaban pembenar mengapa Emil keok.

DTS sudah menjelaskan bahwa survey disebar ke 29 provinsi, dengan 2.046 responden. Artinya sudah mencakup hampir seluruh wilayah RI. Kecuali jika Propinsi Jawa Barat tidak termasuk yang disurvey maka wajar jika nama Emil tidak populer bagi responden. Apalagi survey dilakukan secara wawancara langsung, sehingga kecil kemungkinan responden nggak ngerti pertanyaan surveyor.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan