PDI Jazuli

Dahlan Iskan di Pesantren Bina Insan Mulia. (ISTIMEWA)
Dahlan Iskan di Pesantren Bina Insan Mulia. (ISTIMEWA)
0 Komentar

Sekolah ke luar negeri begitu pentingnya. “80 persen lulusan pesantren ini melanjutkan kuliah di luar negeri,” ujar Kiai Jazuli.

Kiai Jazuli mendirikan madrasah bertaraf internasional ini tahun 2013. Ia sendiri lulusan Al Azhar, Mesir. Jurusan filsafat. Kiai Jazuli adalah alumni pertama pesantren Lirboyo yang kuliah di Al Azhar. Lirboyo, Kediri, adalah salah satu pondok berbintang sembilan di dunia NU.

“Sebenarnya, waktu itu, saya mendapat beasiswa ke Madinah, Arab Saudi. Ayah saya tidak mengizinkan,” ujar Kiai Jazuli. “Beliau takut saya menjadi penganut paham Wahabi,” ujarnya.

Baca Juga:Perpustakaan dan Peradaban BangsaDampak Pandemi Covid-19, Pengelola AWC di Cimahi Sempat Terpukul

Ia dapat tawaran beasiswa lagi: kuliah di Qom, Iran. “Ayah saya juga tidak setuju. Beliau takut saya menjadi penganut Syiah,” katanya.

Dua tahun kemudian barulah ia mendapat beasiswa ke Mesir. Ayahnya petani di desa kaki gunung Ciremai itu. Tidak bisa membekali biaya yang cukup. Ia punya bekal lain yang lebih dari cukup: modal tirakat. Berani sengsara. Tidak takut menderita.

Ia sudah dibiasakan berpuasa setiap hari. Dalam setahun ia hanya 6 hari tidak berpuasa. Yakni di hari-hari yang oleh agama dilarang berpuasa. Salah satunya di hari raya Idul Fitri.

Orang-orang pondok pesantren biasa tirakat seperti itu. Harus bisa menjalani hidup susah. Salah satu tanda kelulusannya di Lirboyo adalah: jalan kaki, tanpa bekal uang, ke seluruh makam walisongo.

Perjalanan dimulai dari Kediri ke Surabaya: makam Sunan Ampel. Lalu ke Bangkalan, Madura: ke makam Kiai Kholil yang disetarakan dengan wali. Terus ke Gresik, Tuban, Rembang, Jepara, Kudus, Demak, dan berakhir di makam Sunan Gunung Jati, Cirebon. Itu sudah lebih dekat ke kampungnya sendiri.

Sepanjang perjalanan ia boleh menerima tawaran bermalam di masjid atau rumah siapa saja. Termasuk menerima makanan. Tapi tidak boleh menerima tawaran dibonceng sepeda motor maupun tumpangan mobil.

Di Mesir pun Jazuli mencari tempat tinggal yang tidak pakai uang: jadi penunggu kantor. Tidur di kantor itu. Mengerjakan apa saja di situ: di kantor NU cabang Mesir.

Baca Juga:Tawarkan Sensasi Baru, Glamping Hits Kekinian ala Kalasenja Family CimahiSelidiki Kebakaran Tangki Pertamina Cilacap, Tim Inafis Diturunkan

Semua santri di Bina Insan Mulia juga puasa setiap hari. Tidak peduli anak siapa. Pun yang di kampus 2. Sampai tidak ada perasaan bahwa puasa itu berat –karena sudah biasa.

0 Komentar