Misalnya yang tadinya anak terbiasa mengonsumsi gula tambahan dalam satu hari 4 sendok makan, perlahan orang tua mengurangi jumlah tersebut menjadi 3,5 sendok makan, lalu hingga akhirnya bisa mencapai jumlah yang lebih sedikit lagi.
“Ketika dikurangi kadar manisnya perlahan- lahan, anak pun bisa lepas dari kecanduan gula,” ujar dokter Putri.
Hal lainnya yang bisa dipakai untuk mengatur pemberian gula pada buah hati lewat pemeriksaan kandungan gizi dari kudapan.
Orang tua dengan aktif mengecek Fakta Nutrisi atau “Nutritition Facts” yang ada di kemasan makanan atau minuman untuk kudapan yang dibeli untuk keluarga terutama untuk buah hati.
Dengan demikian, orang tua bisa secara mudah menghitung jumlah gula harian untuk anaknya.
Terakhir, agar dampak negatif dari gula yang dikonsumsi berlebih bisa teratasi dengan baik maka orang tua harus mengajak anaknya untuk bergerak aktif maupun berolahraga.
Berdasarkan American Academy of Pediatrics (AAP) idealnya buah hati yang dalam masa pertumbuhan harus bisa berolahraga dan bergerak aktif paling sedikit selama 1 jam lamanya.
Ada pun olahraga yang disarankan untuk orang yang mengonsumsi gula berlebih dari kebutuhan hariannya merupakan olahraga yang dinamis seperti senam aerobik, renang, hingga berlari.
“Tujuan olahraga aerobik atau dinamis lebih disarankan karena pada saat bergerak dengan aktif, gula yang ada di dalam darah lebih mudah terolah di dalam sel- sel tubuh. Ketika seluruh tubuh bergerak tentunya sel menjadi lebih aktif mengelola gula tersebut,” ujar dokter Kartika Yulianti dari RSPAD Gatot Subroto.
Dengan beragam cara tersebut, tentunya anak bisa mendapatkan kebutuhan gula yang tepat dan asupan gizi yang seimbang sehingga pertumbuhannya dapat maksimal dan anak bisa terhindar dari faktor risiko penyakit kronis di masa depan. Pengaturan yang tepat membuat anak bisa mendapatkan kualitas hidup yang maksimal dan dapat memenuhi target generasi emas Indonesia di 2045.
(Antara)