JAKARTA – Pemerintah terus memaksimalkan teknologi di bidang kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI). Diantaranya adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki penguasaan di bidang kecerdasan buatan. Salah satu caranya adalah memasukkan materi kecerdasan buatan di dalam kurikulum sekolah.
Keterangan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (Korika) Hammam Riza di Jakarta (25/10) kemarin. Hammam mengatakan teknologi AI di Indonesia sudah memiliki dasar dalam program Strategi Nasional (Stranas) pemerintah. Diantaranya adalah penyiapan talenta atau SDM di bidang AI.
“Regulator (pemerintah, Red) sudah semangat memasukkan AI ke kurikulum,” katanya.
Harapannya kecerdasan buatan sudah bisa dikenalkan sejak dini kepada masyarakat. Kemudian bisa dijaring talenta-talenta unggul di bidang kecerdasan buatan.
Mantan kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu menjelaskan penyiapan SDM AI itu adalah berpikir masa depan. Sehingga harus mulai dicanangkan sejak saat ini.
Menurut dia banyak sekali nilai tambah yang dihasilkan dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan. Dia berharap teknologi ini bisa menguasai dan mengangkat nilai ekonomi dari inovasi-inovasi yang dihasilkan bangsa Indonesia.
Dia juga mengatakan pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, banyak inovasi yang berbasis kecerdasan buatan. Diantaranya adalah alat deteksi GeNose karya inovator dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dengan informasi-informasi yang sudah dibenamkan, inovasi GeNose bisa mendeteksi kasus Covid-19 melalui nafas. Inovasi lain di bidang kesehatan yang berbasis kecerdasan buatan adalah deteksi Covid-19 dengan melihat foto rontgen paru-paru seseorang.
Inovasi ini sebelumnya mengumpulkan informasi foto-foto paru-paru pasien Covid-19. Setelah diolah dengan teknologi kecerdasan buatan, inovasi ini bisa mendeteksi pasien Covid-19 dengan pencitraan foto paru-parunya.
Hammam menegaskan penguasaan kecerdasan buatan tidak hanya dimonopoli negara-negara maju saja. Dia mengatakan saat ini masyarakat Indonesia sudah akrab dengan teknologi kecerdasan buatan.
Hammam mencontohkan penggunaan Google Penerjemah itu merupakan salah satu dari implementasi teknologi kecerdasan buatan. Mantan Menristek Bambang Brodjonegoro yang juga pendiri Korika mengatakan pengembangan teknologi kecerdasan artifisial perlu pelibatan banyak pihak.