BANDUNG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung ungkap hasil uji usap Swab PCR untuk siswa dan tenaga pendidik yang sedang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Alhasil 14 orang dinyatakan positif. Menurut Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, dr Rosye Arosdiani mengatakan bahwa hal tersebut ditemukan pada saat pelaksanaan sampling Swab PCR di sekolah yang telah dilaksanakan sejak Jum’at kemarin.
“Jadi kita sudah melakukan sampling pada 1.512, ternyata yang sudah keluar hasil (Swab PCR) baru 348 sampai tadi malam. Dan keluarlah 14 yang positif (Covid-19). Itu tersebar di beberapa sekolah,” ungkapnya saat diwawancarai di Balai Kota Bandung, Selasa (19/10).
Dengan ditemukannya 14 orang yang positif Covid-19, Rosye menambahkan, hal tersebut tidak tertumpuk di satu sekolah. Melainkan tersebar di beberapa sekolah yang melaksanakan PTM dan sudah dilakukan sampling Swab PCR.
“Satu sekolah ada yang satu orang, ada yang dua orang, dan ada juga yang tiga orang (positif Covid-19). Jadi enggak ada yang tertumpuk di satu tempat (Sekolah) gitu. Dan itu guru dan murid,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan, dari 14 orang yang positif tersebut rata-rata semuanya tidak memiliki gejala atau Orang Tanpa Gejala (OTG). Maka dari itu, lanjut Rosye, pihaknya akan melakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE) guna mengetahui sumber awal virus.
“Justru mereka ini (14 orang yang positif Covid-19) itu rata-rata orang tanpa gejala atau OTG. Dan kami belum bisa mengatakan seperti apa karena hasilnya baru keluar tadi malam. Sehingga hari ini kita sedang melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologis),” ungkapnya.
“Dan di situ lah kita akan lacak dari mana ini sumbernya. Kemungkinan besar apakah dari keluarga, dan keluarganya pun harus kita lakukan pemeriksaan seperti halnya oleh Puskesmas di mana dia tinggal,” terangnya lagi.
Sementara itu, untuk sekolah yang ditemukan adanya Positif Covid-19, hal tersebut tergantung dari persentase yang terkonfirmasi aktif di tempat tersebut.
“Tergantung dari persentase ya, jadi kan ada dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kalau misalnya lebih dari 5 persen, itu sekolahnya direkomendasikan untuk stop Pembelajaran. Kemudian dilakukan pemeriksaan kepada seluruh warga sekolah. Dan dari 14 kasus itu, kami sedang lakukan itu (Penyelidikan Epidemiologis) dengan melakukannya secara personal dan lokus,” ucapnya.