JAKARTA – Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membeberkan bahwa Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sangat berambisi menjadi Presiden RI.
Herzaky menuturkan, pada 2014 silam, ada seorang pengusaha nasional yang menghadap Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan meminta restu Partai Demokrat mengusung Moeldoko sebagai calon presiden. Moeldoko saat itu masih perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi Panglima TNI.
“Jadi konstruksi besar dari persoalan yang terjadi di Partai Demokrat ini, dimulai dari ambisi seorang KSP bernama Moeldoko, yang ingin sekali menjadi Presiden,” ujar Herzaky kepada wartawan, Senin (4/10).
Herzaky juga menambahkan, pada bulan Mei 2015, pagi-pagi sekali dengan menggunakan seragam dinas Panglima TNI, Moeldoko datang ke Cikeas, Jawa Barat. Hari itu SBY akan berangkat ke Surabaya untuk melakukan Kongres Partai Demokrat.
Kata Herzaky, SBY berpikir tentulah ada sesuatu yang sangat penting dan mendesak, atau darurat, seorang Moeldoko dengan seragam dinas Panglima TNI menghadap seorang SBY. Ternyata, pesannya tidak sepenting dan semendesak yang diduga.
“Moeldoko hanya mengatakan ‘Pak, tolong kalau Bapak terpilih lagi sebagai Ketua Umum, agar Bapak mengangkat Marzuki Alie sebagai Sekjen-nya’,” kata Herzaky.
Mendengar hal tersebut, Herzaky menuturkan, SBY marah. Karena Moeldoko yang adalah Panglima TNI aktif telah melanggar konstitusi dan UU dengan melakukan politik praktis dan intervensi.
“Beliau juga marah karena sebagai salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI, Pak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara-cara yang melanggar aturan dan hukum,” ungkapnya.
Herzaky melanjutkan, setelah pensiun dari TNI, Moeldoko datang lagi ke Cikeas, Jawa Barat. Kala itu Moeldoko meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat.
“Pak SBY sampaikan, kalau gabung dengan Partai Demokrat beliau mempersilakan. Kalau soal jabatan ketua umum, itu ada mekanismenya melalui Kongres,” tuturnya.
Harzaky juga menuturkan, tidak puas dengan jawaban SBY itu, maka Moeldoko berusaha untuk menjadi ketua umum pada partai-partai lainnya. Bahkan, salah satu mantan wakil presiden bercerita pernah didatangi oleh Moeldoko dan meminta dukungan untuk untuk menjadi ketua umum di salah satu partai politik.