DEPOK – Mendorong peran perempuan keluar dari cangkang zona nyaman memang bukan perkara biasa. Belum lagi, kalau kondisi itu terus diperkuat oleh kuasa struktur sosial.
Dalam lensa sosiologi, perempuan dan tradisi zona nyaman memiliki kaitan cukup erat. Apalagi jika persoalan ini dihubungkan dengan perkara gender yang di dalamnya terdapat silang kelindan persepsi dan budaya (struktur kognisi dan perilaku) masyarakat tentang peranan perempuan dalam tata sosial, tentu akan jauh lebih rumit untuk diurai.
Begitu pentingnya ‘membebaskan’ perempuan dari ‘belenggu tradisi’ guna mengaktivasi ruang gerak dan potensi mereka, maka muncullah aneka program pemberdayaan perempuan.
Pemberdayaan perempuan sendiri mengandung makna mengaktifkan kesadaran kaum perempuan agar bangkit dari kondisi ketidakberdayaannya melalui pengembangan potensi dan penempaan skill.
Hal itu bertujuan agar perempuan bisa tampil percaya diri dan mandiri dalam menjalani kehidupannya.
Atas kesadaran itu pula, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok melalui Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) menggagas sebuah kegiatan pemberdayaan perempuan yang diberi nama “Sekoper Cinta” atau Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita.
Kepala Seksi Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Pengarusutamaan Gender, DPAPMK, Linda Vergiana menerangkan bahwa tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan peran wanita agar lebih berdaya demi terciptanya ketahanan keluarga.
Program Sekoper Cinta
Linda mengatakan, sejauh ini perkembangan kegiatan Sekoper Cinta berjalan kondusif dan para peserta antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
“Alhamdulillah, sampai sekarang program sudah berjalan kurang lebih tiga minggu dan sedang memasuki minggu keempat,” katanya, Kamis (23/9).
Menurutnya, kegiatan yang berlangsung di Sekretariat Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, mampu memberikan dampak positif.
“Program Sekoper Cinta tinggal tiga kali pertemuan lagi. Untuk itu, semoga materi-materi dan pelatihan yang diberikan dapat dicerna dan mampu dipraktikkan dengan baik,” ujarnya.
Ia melanjutkan, selama kegiatan peserta mendapatkan beragam materi tentang pemberdayaan perempuan.
“Di antaranya materi yang berkaitan dengan pengetahuan seputar kesetaraan gender. Selain itu, juga peserta dibekali sejumlah keterampilan dan pengetahuan tentang ketahanan keluarga, penanggulangan bencana dan kelestarian lingkungan,” pungkasnya. (Mg2)