CICALENGKA – Beredar opini di kalangan masyarakat mengenai adanya permainan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Cicalengka.
Hal itu didasari melalui jumlah hasil seleksi PPDB SMAN 1 Cicalengka pada situs resmi Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar) yang beralamat https://ppdb.disdik.jabarprov.go.id/.
Melalui informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, diketahui bahwa sebelumnya pada Senin, (21/6) pukul 14.44 WIB, jumlah hasil seleksi di SMAN 1 Cicalengka sekiranya sebanyak 285 siswa.
Namun ketika dilakukan pengecekan kembali pada pukul 22.50 WIB, jumlah hasil seleksi mengalami penyusutan menjadi 43 siswa.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Sekolah SMAN 1 Cicalengka, Caswanda mengatakan, hal itu terjadi karena adanya seleksi yang diproses oleh sistem Disdik Jabar supaya tidak melebihi kuota.
“Jadi pihak sekolah tidak memutuskan baik yang ditolak maupun yang diterima, jadi semuanya oleh sistem,” kata Caswanda saat ditemui Jabar Ekspres di SMAN 1 Cicalengka, Selasa (22/6).
Caswanda menerangkan, pihak sekolah hanya menerima siswa pada PPDB tahap pertama jalur prestasi sesuai kuota yang dimiliki.
Sementara untuk setiap SMA hanya menerima kuota jalur prestasi sebanyak 25 persen, sesuai aturan Disdik Jabar.
“Kuota di SMAN 1 Cicalengka berapa (persen) per jalurnya, nanti yang menginput orang provinsi, di sistem,” ujarnya.
Caswanda menjelaskan, untuk kuota siswa di SMAN 1 Cicalengka dapat menampung sebanyak 36 peserta didik dengan ruangan berjumlah 12 kelas.
Maka total keseluruhan siswa yang dapat ditampung oleh SMAN 1 Cicalengka sebanyak 432 murid.
“432 (siswa), kalau jalur prestasi rapor 10 persen jadi 43. Kalau pendaftar ada 200, yang diterima hanya 43. Mana yang diterima, itu seleksi dari sistem,” imbuh Caswanda.
Ia melanjutkan, untuk 15 persen sisanya melalui jalur akademik. Kemudian kata Caswanda, data siswa yang diselseksi oleh sistem Disdik Jabar itu didapat melalui inputan dari setiap SMP.
“Data diinput dari SMP. Data rapor, rangking, jumlah mapel (mata pelajaran) yang rangking satu,” pungkasnya.
Caswanda mengaku, apabila penyeleksian siswa yang mendaftar dilakukan oleh pihak sekolah, maka akan cukup kesulitan.
“Jadi untuk kalibrasi, misalkan ada yang nilainya besar tidak diterima tapi yang nilainya kecil diterima. Hal itu mungkin terjadi, karena ada kalibrasi dari rangking,” tutur Caswanda.