JAKARTA – Setiap obat, termasuk Vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan efek samping.
Meski demikian, tidak semua mengalaminya.
Demikian menurut dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) RSUP Persahabatan, Dr. dr. Erlina Burhan.
Menurutnya, efek samping sifatnya sangat umum atau mungkin muncul pada lebih 1 dari 10 orang.
Seperti, nyeri, nyeri tekan, rasa hangat atau gatal pada bagian tubuh yang disuntik, rasa tidak enak badan, rasa lelah, menggigil atau merasa seperti demam, nyeri kepala, mual dan nyeri sendi otot.
Ada juga keluhan bengkak atau kemerahan pada bagian tubuh yang disuntik, demam, muntah atau diare dan nyeri tungkai serta lengan.
Kemudian gejala serupa flu seperti demam, nyeri tenggorokan, pilek, batuk dan menggigil.
Obat yang mengandung paracetamol bisa digunakan untuk mengatasi efek samping semisal nyeri dan atau demam.
“Bila terjadi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang berat dihentikan, bukan berarti berhenti selamanya.”
“Ini sifatnya prosedural dan dilakukan untuk semua hal, bukan hanya vaksin tetapi juga obat.”
“Efek samping vaksin rata-rata sama, ringan hingga sedang,” tutur dokter Herlina dalam sebuah diskusi daring beberapa waktu lalu.
Kasus yang berat atau tidak umum usai mendapat vaksin AstraZeneca, merujuk pada gejala seperti pusing, nyeri perut.
Kemudian, pembesaran kelenjar getah bening di dekat lokasi tempat suntikan, keringat berlebihan, kulit terasa gatal.
Hal lain, muncul ruam-ruam dan pembengkakan hebat pada bibir, mulut dan tenggorokan (yang mungkin menyebabkan kesulitan menelan atau bernapas).
“Ada juga yang sangat langka yakni penggumpalan darah disertai penurunan trombosit (trombositopenia), kasusnya sangat rendah hanya 4 kasus dalam 1 juta orang,” ujar Erlina.
Untuk mencegahnya, Erlina merekomendasikan orang-orang dengan masalah pengentalan darah, mengonsumsi pengencer darah, kelainan seperti trombosis atau penyumbatan, memeriksakan diri dulu sebelum menjalani vaksinasi.
Dia mengatakan, anjuran ini mengepankan prinsip kehati-hatian.
Di Inggris, tempat produksi vaksin AstraZeneca, saat ada kasus KIPI berat maka vaksinasi dihentikan sampai ada bukti memiliki hubungan dengan vaksin atau tidak.
Begitu laporan menunjukkan tidak ada hubungan, vaksinasi kembali dilakukan.