BANDUNG – Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menilai potensi untuk membuat kawasan wisata heritage terpadu di Kota Bandung cukup terbuka lebar. Namun untuk meweujudkannya membutuhkan dukungan dan kesamaan visi dari pelbagai pihak.
Guna merealisasikan gagasannya tersebut, Yana beserta sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) mencoba mempelajari sistem pengelolaan Kota Lama di Semarang, belum lama ini.
Dari lawatan ini, Yana mempelajari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang membangun dan mengelola kawasan Kota Lama.
Di luar sistem dan regulasi pemerintah, rupannya modal dasar untuk menghadirkan hal itu berlandaskan atas komitmen semua pihak.
“Dengan semangat yang sama, di sini dipimpin oleh ibu Wakil Wali Kota. Sehingga beliau bisa mengkoordinasikan seluruh OPD dan kelompok masyarakat untuk memiliki kesamaan visi dan misi penataan Kota Lama di Semarang,” ungkap Yana.
Yana memuturkan, komitmen tersebut bukan hanya sebatas kesadaran terhadap nilai sejarah dari sebuah insfrastruktur kota. Namun berkembang menjadi upaya bersama menumbuhkan sektor pariwisata Kota Lama.
Sehingga berkontribusi secara signifikan dan merangsang roda perekonomian masyarakat.
“Jadi di sini ada keinginan bersama untuk memelihara situs yang bersejarah dan gedung heritage. Kemudian dampaknya mempunyai nilai wisata dan membantu pertumbuhan ekonomi. Sekaligus menjaga gedung yang memiliki nilai sejarah,” ujarnya.
Yana menambahkan, kelembagaan pengelola sebuah kawasan memerlukan kolaborasi antarelemen. Sehingga memudahkan koordinasi dan mempercepat pelaksanaan setiap program.
“Pertama, membentuk badan pengelola yang sifatnya adhoc. Jadi keterlibatan tidak hanya unsur pemerintah, tapi berbagai unsur masyarakat, komunitas dan lainnya,” jelasnya.
Saat ini di Kota Bandung ada kawasan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika yang menjadi ikon heritage. Selain wilayah itu, Yana menilai ada sejumlah lokasi lain yang bisa diintegrasikana menjadi sebuah kawasan.
“Kemudian daerah pecinan di dekat kawasan Pasar Baru, kemudian di Sudirman. Saya pikir kawasan itu cocok, meski pun tetap butuh kajian,” katanya. (rls/ziz)