SINGAPURA – Peneliti di Singapura membuktikan obat yang digunakan dalam pengobatan kanker dapat digunakan untuk pasien dengan kondisi gejala Covid-19 sedang hingga parah. Peneliti menemukan bahwa Topotecan, yang digunakan sebagai pengobatan kemoterapi bisa mengurangi tingkat keparahan dan kematian akibat infeksi Sars-CoV-2.
Obat itu bekerja dengan menekan peradangan di paru-paru hewan dalam uji coba di laboratorium. Pasien Covid-19 sedang hingga parah menderita peradangan, akibat respons imun abnormal yang terlalu aktif. Pada beberapa pasien, respons imun yang berlebihan dapat membanjiri area yang terinfeksi dengan sel darah putih, mengakibatkan peradangan parah, kerusakan jaringan, dan seringkali kematian.
Topotecan bekerja dengan cara mengekang respons imun ini, mengurangi risiko cedera pada tubuh. Pasien diberikan dengan dosis yang lebih rendah daripada yang biasanya digunakan dalam pengobatan kanker, sehingga secara signifikan mengurangi kemungkinan efek samping dari obat tersebut.
Respons imun juga belum sepenuhnya dihilangkan, dengan hewan laboratorium masih mampu memproduksi antibodi untuk menanggulangi virus tersebut. Penelitian yang dipimpin oleh Associate Professor Ivan Marazzi dari Departemen Mikrobiologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai di Amerika Serikat, melibatkan peneliti dari National University Cancer Institute, Singapura (NCIS). Penemuan ini dipublikasikan secara online di jurnal ilmiah Cell pada 30 Maret.
Seorang rekan penulis studi tersebut, yang merupakan konsultan dan asisten direktur penelitian onkologi medis di Departemen Hematologi-Onkologi di NCIS dr. Anand Jeyasekharan mengatakan dengan obat yang digunakan dalam pengobatan kanker selama lebih dari 25 tahun, maka sudah tersedia secara global dan tidak mahal. Dengan profil keamanan yang dipahami dengan baik pada manusia.
“Oleh karena itu, penelitian ini tepat waktu mengingat kurangnya akses universal terhadap vaksin,” katanya seperti dilansir dari Straits Times, Jumat (9/4).
Penyelesaian studi laboratorium yang berhasil telah mengarah pada uji klinis fase I di India, mengingat tingginya jumlah kasus Covid-19 sedang hingga parah di sana. Tim tersebut telah mendapatkan dana penelitian untuk uji klinis. Penelitian ini didukung oleh Dewan Riset Medis Nasional Kementerian Kesehatan Singapura dan Yayasan Riset Nasional.