ITB Lakukan Pengujian untuk Standardisasi Masker

Untuk itu, pengujian masker di ITB dilakukan dengan multidisiplin ilmu yaitu kolaborasi antara Lab Kualitas Udara dengan Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses di bawah Fakultas Teknologi Industri (FTI).
Pengujian daya tahan masker terhadap mikroorganisme (bakteri) ini menggunakan biakan bakteri staphylococcus aureus.
Bakteri tersebut dikembangbiakan khusus untuk keperluan pengujian. Pengujian tidak menggunakan virus sebab akan lebih rumit karena butuh sel inang agar virus dapat hidup dengan media sel hidup pula.
Dr Made Tri Ari Penia Kresnowati, dosen di FTI ITB menambahkan, hasil pengujian BFE dapat diketahui dari jumlah bakteri yang terdapat di cawan petri, yaitu wadah untuk melakukan penyelidikan dan perhitungan koloni bakteri.
Semakin banyak bakteri yang menempel, berarti nilai BFE kurang baik.
Dia menjelaskan, salah satu masker yang memiliki kualitas baik dalam uji BFE adalah masker N95 untuk keperluan medis.
“Pada dasarnya pengujian BFE ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar masker mampu menahan aerosol yang mengandung bakteri. Apakah dapat menembus masker sehingga dapat terhirup oleh pemakainya,” ujarnya.
Parameter lain dalam pengujian masker adalah dengan uji beda tekan. Pada parameter ini diukur dengan menentukan perbedaan tekanan di masker. Uji daya tekan ini bisa disebut sebagai “kemampuan bernapas”.
Apabila daya tekan besar berarti udara tidak mudah masuk sehingga membuat pengguna masker sulit bernapas. Sementara itu, uji efisiensi filtrasi partikel (PFE) dilakukan untuk mengukur seberapa baik masker menyaring droplet atau tetesan kecil dari saluran pernapasan. (antaranews)

Tinggalkan Balasan