Tak Ada Kejelasan, Pedagang Vs Pengembang: Hambat Revitalisasi Pasar Mekarmukti

NGAMPRAH – Para pedagang di Pasar Desa Mekarmukti, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menolak direlokasi sementara jelang proses revitalisasi pasar.

Rencana revitalisasi pasar tradisional yang dikelola oleh pemerintah desa tersebut dicetuskan sejak tahun 2015, namun hingga kini tak kunjung terealisasi.

Pemerintah Desa Mekarmukti bekerja sama dengan pengembang CV Raksa Buana dalam rencana merevitalisasi pasar ini.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Desa Mekarmukti, Ajah Subarjah mengatakan, alasan pedagang menolak direlokasi karena uang muka yang disetorkan ke pengembang sebagai kesepakatan pelaksanaan revitalisasi tak jelas ujungnya.

Di Pasar Desa Mekarmukti terdapat sekitar 300 pedagang yang telah memberikan uang muka 10 persen dari harga kios antara Rp 30 juta sampai Rp 60 juta.

Uang muka itu diserahkan oleh para pedagang pada 2016 yang secara keseluruhan berjumlah sekitar Rp 2 miliar.

“Dari total DP 30 persen, yang sudah masuk itu 10 persen. Yang dipertanyakan oleh pedagang: ‘DP yang 10 persen itu ke mana?’ karena enggak ada buktinya. Malah sekarang kami diminta bayar DP kedua yang 20 persen,” ungkap Ajah saat ditemui, Selasa (6/4).

Uang muka tersebut dijanjikan panitia pembangunan yang terdiri atas pemerintah desa dan pengembang untuk disetorkan ke rekening bersama.

Akan tetapi, hingga saat ini rekening bersama untuk kepentingan pembangunan pasar itu juga tak jelas rimbanya.

“Pedagang itu ingin kejelasan yang DP pertama, mana rekening bersama. Sekarang pedagang diminta pindah ke tempat relokasi, harus disiapkan DP kedua yang 20 persen. Jadi, pengembang itu punya uang atau tidak buat membangun pasar,” tuturnya.

Panitia pembangunan juga belum menunjukkan kejelasan rencana pembangunan pasar dari mulai tahapan, rencana anggaran biaya, hingga izin mendirikan bangunan (IMB).

Padahal, pada rentang 1-7 April 2021 para pedagang diminta untuk pindah ke tempat relokasi karena pembangunan pasar akan segera dilaksanakan.

“Tempat relokasinya juga sempit, sering banjir, lalu tempatnya terbuka jadi susah buat menyimpan barang-barang dagangan. Kalau semua pedagang pindah, sepertinya tempat relokasi itu tidak akan muat,” katanya.

Jika tak juga mendapatkan apa yang mereka minta Ajah menegaskan ia dan para pedagang lainnya akan bertahan di pasar lama dan berjualan seperti biasa.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan