Penulis: Asep Hilman
Pengantar
Dikutip dari pemberitaan salahsatu medsos, baru-baru ini ada seorang anak di Singapura yang berusia 8 tahun dengan gangguan perilaku autisme membuat sebuah gambar bagaimana ia harus berjuang menerima perilaku teman-teman di lingkungan sekolahnya.
Rasa pilu sang Ibunda yang merasa patah hati diungkapkan dengan menggugah foto yang dibuat putranya di grup Facebook, “Friends of ASD Families”.
Foto yang menggambarkan perasaan anaknya membuat hatinya terluka.
Tentu ada banyak ibu-ibu dan orangtua lainnya di muka bumi ini dengan kepiluan yang sama terhadap anak-anaknya yang menyandang autisme.
Namun tidak memiliki akses untuk mengungkapkannya ke ranah publik. Sehingga sekian banyak potret derita penyandang autisme berlalu begitu saja.
Padahal autisme dapat terjadi pada anak siapa saja, tidak ada perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan etnis. Tak pelak, autisme sudah menjadi fenomena terbuka yang secara statistik ke depannya memiliki trend semakin meningkat, sehingga perlu mendapat perhatian dan tindakan bersama.
Penyandang Autisme di Indonesia
Di Indonesia, autisme harus mendapat perhatian dari semua elemen masyarakat bukan saja sebagai konsekuensi dari Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dimana autisme termasuk dalam penyandang disabilitas mental tetapi juga mengingat trend jumlah anak autistik terus meningkat.
Walaupun belum ada data yang akurat, namun bila penghitungan jumlah penyandang autis merujuk pada insiden dan prevalansi autis, yaitu dua kasus baru setiap 1.000 penduduk per tahun dan 10 kasus per 1.000 penduduk maka dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,5 juta dengan laju pertumbuhan 1,14 persen (mengacu data Badan Pusat Statistik 2010) maka diprediksi penyandang autisme Indonesia mencapai 2,4 juta orang dengan pertambahan 500 orang per tahun (Harian Nasional, 2 April 2018).
Jumlah yang fantastis dan memerlukan keseriusan semua pihak untuk menanganinya. Gambaran statistik demikian sudah bisa mengantarkan kita membuat orat-oret kira-kira berapa penyandang autisme tahun 2021 ini di Indonesia?.
Memandang Autisme Secara Holistik
Autisme tidak bisa dipandang secara parsial, pendekatannya harus dilakukan secara terpadu dengan memposisikannya dalam sudut pandang berbagai unsur yang terintegrasi, autisme bukan hanya merupakan penyimpangan dari kondisi normal saja.