Jakarta – Beberapa hari terakhir dunia media sosial dihebohkan dengan insiden viral yang terjadi pada ibu hamil. Janinnya dinyatakan keguguran setelah minum ramuan Rumput Fatimah.
“Janin meninggal akibat rumput fatimah. Detak jantung janin negatif dan ibu mengalami syok akibat pendarahan,” tulis keterangan video, dikutip dari TikTok @infobumildansikecil.
Lalu apa sebetulnya Rumput Fatimah? Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Prof. Dr. C. A. Nidom, drh., MS mengatakan Rumput Fatimah adalah tanaman yang berasal dari Arab Saudi atau wilayah Timur Tengah. Biasa dibawa sebagai oleh-oleh usai pulang dari ibadah haji atau umrah.
“Biasanya jamaah haji atau umrah terutama yang ibu-ibu selalu mencari atau membeli Rumput Fatimah di Saudi sana. Katanya mereka percaya rumput ini berkhasiat bagi ibu-ibu muda supaya bisa segera memperoleh keturunan dan bagi ibu hamil supaya lancar saat melahirkan. Iya (bukan tanaman di Indonesia),” tegasnya kepada JawaPos.com, Kamis (1/4).
Namun Prof Nidom mengutip sebuah riset dari Universitas Sains Malaysia tentang Rumput Fatimah. Penelitian dilakukan oleh M.F. Wan Ezumi, S. Siti Amrah, A.W.M. Suhaimi, S.S.J. Mohsin.
Dalam penelitian dilakukan evaluasi toksisitas reproduksi perempuan dari ekstrak air Labisia Pumila var. alata (nama latin Rumput Fatimah) pada tikus.
Penelitian dilakukan untuk mendeteksi potensi efek merugikan dari ekstrak Rumput Fatimah terkait kinerja reproduksi, pertumbuhan pasca melahirkan dan kelangsungan hidup keturunan tikus. Bahan dan caranya dilakukan pada 48 ekor tikus Sprague Dawley betina dengan siklus estrus 4 sampai 6 hari berturut-turut diberi aquades (sebagai kontrol) atau LPE sebanyak 2, 20, 200, 400 atau 800 mg / kg setiap hari dengan cara pemberian sepuluh hari sebelumnya.
Hasilnya, ekstrak Labisia Pumila tidak mengubah siklus estrus dan kesehatan umum semua tikus. Semua hewan melanjutkan perkawinan dan kehamilan yang sukses. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam durasi kehamilan dan semua tikus hamil melahirkan secara normal. Secara statistik tidak ada perubahan terkait agen uji pada berat badan ibu, jumlah implantasi, ukuran anak dan berat badan anak anjing yang diamati. Parameter lain yang diukur antara lain rasio jenis kelamin anak anjing, indeks kelahiran hidup, indeks viabilitas anak anjing dan persentase kematian implantasi juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.