Berpacu Menuju Kursi RI-1 2024

Pertama, menyiapkan Puan sebagai putra mahkota di PDIP secara matang, malapah gedang, sehingga pada akhirnya pasca periode 2024-2029, Puan sudah matang, karena dengan pertimbangan usia, kemungkinan Prabowo hanya satu periode.

Kedua, sebagai balas jasa atas kebaikan Prabowo yang telah banyak membantu Megawati dan PDIP dalam Pilpres 2009, serta kontribusi dalam menjadikan Jokowi sebagai Gubernur dalam Pilkada Jakarta, serta memenuhi janjinya pasca kekalahan dari SBY, untuk berikutnya mendukung Prabowo menjadi presiden, dua periode terakhir belum sempat teralisasi, karena PDIP punya jago prospektif dalam diri Jokowi.

Ketiga, koalisi kedua partai akan memunculkan dukungan yang cukup besar, paling tidak 31 %, diatas prasyarat 20%.

Keempat, untuk mempersatukan kembali masyarakat Indonesia yang terpecah dalam pemilu 2014 dan 2019, sehingga tidak ada lagi istilah cebong dan kampret.

Koalisi yang dibangun oleh kedua partai tersebut, kemungkinan tidak akan diikuti oleh mitra koalisi PDIP dan Gerindra dalam Pilpres 2019. Partai pendukung Probowo seperti PKS, PAN, Demokrat yang sudah kecewa dengan masuknya Prabowo dalam kabinet Jokowi, akan semakin kecewa apabila Prabowo (Gerindra) bersama-sama dengan PDIP membangun koalisi baru.

Begitu pula partai pengusung Jokowi seperti Golkar, PKB, PPP, Nasdem, kecewa karena tertutup kemungkinan untuk mengusung jagoannya mendampingi Capres dari PDIP, bahkan Nasdem sudah mulai bermain mata dengan Anies Baswedan.  Kekecewaan juga akan dialami kader-kader partai yang memiliki elektabilitas tinggi seperti Ganjar Pranowo.

Jika kemudian kumpulan partai dan orang yang mengalami kekecewaan bersatu dan membentuk kekuatan baru, besar kemungkinan itu terjadi pada pemilu 2024.

Kekecewaan terhadap koalisi PDIP-Gerindra melalui pasangan Prabowo-Puan, kemungkinan terkanalisasi kearah pembentukan koalisi gemuk yang mendorong jagoan Nasdem, Anies Baswedan (paling tidak Nasdem, PKS, PAN, PKB, PPP) dan tidak tertutup kemungkinan Demokrat dan Golkar bergabung.

Dukungan kepada Anies juga akan didapat dari organisasi-organisasi keislaman non-partai, seperti yang terjadi dalam Pilgub DKI. Apalagi kalau Anies berpasangan dengan Ganjar Pranowo, yang juga tidak terakomodir oleh partainya.

Pasangan Anies Baswedan-Ganjar Pranowo atau bisa juga dibalik Ganjar Pranowo-Anies Baswedan (mengakomodir pada orang yang percaya dengan ramalan Joyoboyo, tentang NOTONOGORO, yang percaya pada tahun 2024 presiden adalah orang yang penggalan namanya ada unsur GO/GA), akan menjadi kolaborasi yang solid, karena selain didukung oleh partai Nasdem dan partai-partai Islam, Ormas Islam, juga akan ditambah oleh simpatisan Ganjar, baik yang berada dalam internal PDIP ataupun di luar partai.

Tinggalkan Balasan