LEMBANG – Rencana perekrutan sebanyak 5 ribu petani milenial yang diutarakan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mendapat berbagai tanggapan dari petani tradisional.
Di mata petani tradisional di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, rencana tersebut tak sepenuhnya salah karena memang perlu ada regenerasi petani yang saat ini sudah tidak dilirik anak-anak muda.
Tihar (55), petani di Lembang mengatakan jika regenerasi petani memang perlu dilakukan. Misalnya di Lembang, saat ini sama sekali tidak ada petani berusia di bawah 40 tahun.
“Kebanyakan di sini petaninya sudah berusia (tua) semua. Karena kalau anak muda enggak ada, mereka enggak mau kerja di kebun dan kotor-kotoran gitu,” tutur Tihar, Senin (1/3).
Menurut Tihar, jika memang pemerintah mencanangkan program petani milenial, harus mempersiapkan program berkesinambungan agar tak berhenti di tengah jalan.
“Harus dipersiapkan semuanya, jadi biar ini (petani milenial) nyambung terus, jadi ada regenerasi petani. Karena kan produk pertanian ini penting buat semuanya,” sebutnya.
Namun di sisi lain, para petani tradisional yang sudah berumur itu juga mengharap perhatian serupa dari pemerintah. Sebab sektor pertanian terkadang jadi sektor yang terlupakan padahal keberadaannya sangat penting.
“Sebetulnya bagus, karena nanti lahir petani baru. Cuma kita yang sudah bertani puluhan tahun juga harus diperhatikan, karena sejauh ini sebetulnya kurang diperhatikan,” ungkap Ading (56) petani lainnya.
Misalnya, pemerintah kurang berperan dalam membantu penyediaan pupuk bersubsidi. Sebab petani yang tidak memiliki kartu tani, tidak bisa mendapatkan pupuk dengan harga miring.
“Kalau bisa pupuk itu dipermudah untuk dibeli petani. Kalau sekarang kan kadang susah juga, kasihan juga petani lain yang engga punya kartu tani, beli pupuk lebih mahal,” terangnya.
Tak cuma soal pupuk, para petani ‘senior’ juga menginginkan pemerintah berperan aktif dalam menjaga kestabilan harga produk pertanian yang seringkali membuat petani merugi. Apalagi kebanyakan petani tak memiliki lahan sendiri dan harus menyewa lahan orang lain agar bisa digarap demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Yang paling kita inginkan itu soal harga sayuran stabil. Harusnya pemerintah bantu menjaga harga sayuran dari petani biar stabil. Kemarin tomat sampai laku hanya Rp 500, akhirnya kita biarkan membusuk saja. Di situ, engga ada peran pemerintah,” katanya.