BANDUNG – Sampah organik merupakan sampah yang lebih sulit diolah dibandingkan sampah anorganik. Hal tersebut karena sampah organik dianggap tidak memiliki nilai, sehingga ketika pemilahan banyak sampah organik yang dibuang dan tidak dimanfaatkan karena pendaur ulang hanya mengambil sampah anorganik.
Berawal dari penyuluhan serta pelatihan dari DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung) dalam memanfaatkan maggot untuk menekan volume sampah di Kota Bandung serta efisiensi dalam mengurai sampah organik menjadi pupuk dan pakan ternak, ketua RW 01 RT 05 Simpang Sari berhasil tekan volume sampah dan budidayakan maggot.
Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Masyarakat RW01 Simpang Sari memanfaatkan maggot untuk menekan volume sampah di kawasan Simpang Sari.
Sampah berupa sisa makanan dijadikan pakan untuk larva (ulat) maggot yang kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan ternak serta dijadikan pupuk dengan kualitas super.
Ia juga menambahkan, maggot dipilih karena terbilang cepat dalam mengurai sampah organik menjadi pupuk.
“Kalo sistem maggot fermentasi tiga hari, dua minggu kemudian udah jadi pupuk,” tutur Usa RT01 dan ketua TPST.
RT01 RW05 Simpang Sari berhasil menjadi satu-satunya daerah yang berhasil mengolah sampah organik untuk dimanfaatkan kembali tanpa harus membuangnya.
Dari maggot tersebut, Usa juga berhasil membuat pupuk dengan kualitas super yang sudah bisa diperjualbelikan. Usa juga mempergunakan maggot sebagai pakan ayam atau ikan. (Mg4)