BANDUNG – Angka kasus stunting atau gagal tumbuh di Kota Bandung terus bertambah setiap harinya. Ketua TP-PKK Kota Bandung, Siti Muntamah Oded mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan angka kasus stunting.
“Pertama pola asuh, literasi gizi, faktor ekonomi karena daya beli rendah dan terbatas, dan ketahanan pangan kurang,” terangnya di Pendopo Kota Bandung, Rabu (24/2).
Perlu diketahui, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karenanya, diperlukan peran serta dari semua pihak untuk menuntaskan permasalahan gizi dan pencegahan stunting pada anak. Bahkan, Indonesia menjadi penyumbang manusia pendek terbesar di dunia, yakni menduduki urutan ke-4 bahkan naik menjadi urutan ke-3.
Menurut hasil riset Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) Kementerian Kesehatan yang dilakukan pada 2019, terdapat 5 juta bayi yang lahir di Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 27,6 persen di antaranya dalam kondisi stunting. Angka itu masih jauh dari standard WHO yang seharusnya di bawah 20 persen.
Sedangkan di Kota Bandung, berdasarkan data yang dihimpun TP-PKK, sebanyak 8.434 anak dalam kondisi stunting dan di tahun 2020 hasil pengukuran di masa pandemi mengalami kenaikan sebesar 2,39 persen.
Adapun kawasan tertinggi berada di Babakan Ciparay dan Kiaracondong. Menurut Siti, untuk pola, masyarakat saat ini lebih senang mengonsumsi junk food atau makanan-makanan yang serba instan. Sehingga mereka mengesampingkan makanan dasar.
“Padahal yang namanya makanan dasar itu sangat penting untuk pertumbuhan anak. Sekarang ini kita maunya yang instan dan dimudahkan oleh teknologi,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memiliki program Bandung Tanginas (Tanggap Stunting Dengan Pangan Aman dan Sehat). TP-PKK Kota Bandung juga terus menyosialisasikan isi piringku, yaitu B2SA (Beragam Bergizi Seimbang Aman).
“Bukan hanya mengedukasi tetapi merubah budaya, bahwa makanan pertama di pagi hari itu adalah makanan yang bergizi yaitu mewakili isi piringku 50 persennya buah dan sayur, protein dan 11 persen saja karbohidratnya,” ungkapnya.
Selanjutnya yaitu literasi gizi masyarakat yang rendah menjadi faktor penyebab angka stunting terus bertambah. “Kemudian faktor ekonomi, dengan adanya pandemi Covid-19 yang paling terasa itu dampak ekonomi. Daya beli masyarakat menjadi kurang,” imbuhnya.