The Great Asia Afrika Menjadi Tempat Wisata Pertama yang Memakai Eco Enzyme

BANDUNG – Eco Enzyme merupakan hasil dari fermentasi sampah atau ampas buah dan sayuran yang dicampur dengan gula dan air. Warna cairan yang dihasilkan dari fermentasi yaitu warna coklat dan memiliki aroma asam serta manis yang sangat kuat.

Dr. Rosukon Poomvanvong pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang memperkenalkan istilah eco enzyme. Cairan ini sering digunakan sebagai cairan pembersih serbaguna, pupuk tanaman, pengusir hama serta mensterilkan udara.

The Great Asia Afrika menjadi tempat wisata yang pertama kali memakai eco enzyme sebagai penjernih udara, pestisida organik, penjernih air dan handsanitizer untuk digunakan di dalam kawasan wisata.

“Tempat wisata baru kita aja nih yang menggunakan eco enzyme. Nah karyawan kita, petugas-petugas kita selalu keliling membawa eco enzyme untuk disemprot, ada hand sanitizernya juga yang kita simpan di setiap sudut, terus kita ada juga cairan pake kipas angin yang diputer di situ,” ucap Intania Setiati Public Relation PT. Perisai Group.

“Setiap hari selalu disemprot eco enzyme karena tempat wisata rata-rata mereka wisata selfie. Pada saat foto suka lupa kan buka masker, kuliner suka buka masker, kadang suka lupa untuk dipake lagi. Nah makanya kita sih semaksimal mungkin sudah mengupayakan untuk tetep bisa wisatanya aman,” tambahnya.

PR dan Marketing The Great Asia Afrika Anugrah J Tunis mengatakan mereka memproduksi sendiri cairan eco enzyme. Tempat produksi berada di kawasan The Great Asia Afrika, namun PR dan Marketing yang akrab disapa Nunu ini tidak memberitahu dimana lokasi jelasnya.

“Kalo bikinnya kita tempatnya tersembunyi, cuma karyawan aja yang tau,” ucap PR dan Marketing Anugrah J Tunis.

“Eco enzyme dibuat di sini, jadi dari sampah buah ada kulitnya nih, nanti kita kumpulin. Terus dari karyawan juga suka ada bawa sampah-sampah sayuran. Nanti kita fermentasi selama tiga bulan dan jadi cairan eco enzymnya,” jelasnya.

Perbandingan untuk membuat eco enzyme yaitu 1:3:10. Perbandingan satu untuk gula, mereka memakai gula jawa. Perbandingan tiga untuk sampah atau ampas sayuran dan buahnya. Perbandingan sepuluh untuk air bersih. Dalam satu kali produksi, mereka bisa membuat sepuluh gentong eco enzyme. Mereka memproduksi satu bulan sekali karena eco enzyme proses fermentasinya sampai tiga bulan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan