SINGAPURA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih menelusuri asal usul virus Korona penyebab Covid-19. Dan, muncul teori virus itu berasal dari luar Tiongkok. Pasalnya, seorang ahli kesehatan di Singapura sudah menemukan antibodi Covid-19 jauh sebelum kasus itu muncul di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019.
Dilansir dari laman Code Blue, Kamis (4/2), selama International AIDS Society (IAS) Covid-19 Conference: Prevention, Direktur Program in Emerging Infectious Diseases di Duke-NUS Medical School, Singapura, Linfa Wang, mengatakan ada kemungkinan bahwa SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, mungkin berasal jauh dari lokasi wabah awal di Wuhan.
Wang berbagi bagaimana sudah ada bukti keberadaan infeksi SARS-CoV-2 pada manusia sebelum Desember 2019, ketika wabah Covid-19 muncul di Tiongkok tengah. Pada September 2019 di Italia ditemukan antibodi pada manusia terhadap virus Covid-19. Dan pada Maret 2019, ketika metode reaksi berantai polimerase digunakan untuk menguji air limbah di Spanyol, ditemukan virus SARS-CoV-2.
“Ada dua makalah, satu dari Singapura. Mempelajari respons sel T spesifik terhadap SARS-Cov-2 dan kami menemukan bahwa sebelum 2019, kami sudah memiliki orang dengan kekebalan sel T terhadap virus,” kata Wang.
Menurut Wang, virus sebagai awal Covid-19 berasal dari kelelawar, yang dengan cepat diidentifikasi lima hari setelah wabah Wuhan. Akan tetapi inang perantara yang menularkan virus dari hewan ke manusia masih belum diketahui.
“Jadi, banyak yang menyebut tentang pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Apa yang kami lihat adalah bahwa di pasar ini, Anda memiliki menu, mereka menjual semuanya,” kata Wang dalam topiknya tentang Asal usul SARS-CoV2: Kelelawar, Trenggiling, Hewan Pengerat, atau Lainnya?
“Kami tahu tahap awal infeksi tidak pernah bersentuhan di pasar ini. Jadi, hipotesis baru adalah bahwa pasar ini bisa menjadi tempat paparan virus kembali. Pada dasarnya, manusia membawa virus ke Wuhan, ke pasar, dan itu memiliki penularan melalui hewan dan itu menyebar ke manusia,” paparnya.
Namun, Wang mengatakan belum terlambat untuk menyelidiki asal-usul virus, tetapi dibutuhkan kolaborasi internasional dan apolitis. Pakar virologi Harvard, Galit Alter, selama sesinya di konferensi IAS Covid-19, berbagi studi yang menemukan bahwa antibodi secara keseluruhan belum tentu menjadi prediktor hasil Covid-19, apakah pasien mengalami pemulihan (atau penyembuhan), atau meninggal. Faktanya, respons S-IgG (sejenis antibodi) memiliki perbedaan tingkat pada mereka yang bertahan atau meninggal akibat Covid-19.