Wakil Menteri BUMN: Indonesia Bisa Membangun Industri Kendaraan Listrik

JAKARTA – Baterai listrik akan menjadi industri di masa depan. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa, (2/2).

Ia mengharapkan, Indonesia bisa memanfaatkan momentum untuk menguasai rantai pasok industri yang sangat strategis buat dunia itu.

“Indonesia punya potensi yang luar biasa, dan ini betul-betul merupakan satu momentum di mana Indonesia bisa menguasai secara terintegrasi sebuah value chain dari hulu ke hilir untuk industri besar dan sangat strategis buat dunia. Semua orang di dunia sedang membicarakan bahwa the future is battery (baterai adalah masa depan),” katanya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa, (2/2), dilansir dari Antara.

Pahala mengutip artikel di salah satu pemberitaan yang mengatakan bahwa dulu disebutkan bahwa masa depan ada di plastik karena tingginya penggunaan plastik. Namun, kini ungkapan tersebut berubah menjadi baterai adalah masa depan lantaran di masa mendatang semua energi akan bisa dikonservasikan dalam bentuk baterai.

Ia mengatakan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketujuh di dunia pada 2020 memiliki posisi yang kuat untuk bisa membangun industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan baterai EV yang terintegrasi. Terlebih dengan dukungan sebagai negara terbesar di dunia yang memiliki cadangan nikel, bahan baku utama baterai EV.

“Ini yang ke depan perlu kita perhatikan. Jangan sampai kita memiliki sumber daya yang cukup tapi kita tidak manfaatkan keunggulan yang kita miliki,” katanya.

Pahala juga mengingatkan agar jangan sampai kesalahan di masa lampau terulang di mana Indonesia hanya sekadar mengekspor sumber daya mineral namun tidak memanfaatkan potensi penciptaan nilai tambah produknya.

Pengembangan industri baterai kendaraan listrik diperkirakan akan memberi dampak bagi perekonomian nasional sebesar 25 miliar dolar AS atau sekitar Rp400 triliun pada 2027 mendatang.

“Pengaruh industri ini luar biasa, diperkirakan pada 2027 nanti dampaknya terhadap PDB bisa mencapai 25 miliar dolar AS atau mendekati Rp400 triliun dan mempekerjakan sekitar kurang lebih 23 ribu karyawan,” katanya. (antara)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan