SURABAYA – Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin mengatakan, meski vaksinasi COVID-19 telah dijalankan, namun pemakaian masker dibutuhkan hingga empat tahun mendatang.
Pria yang kerap disapa Agung itu kepada ANTARA di Surabaya, Senin mengatakan, tanpa masker bisa dilakukan setelah pandemi berakhir, dan jika berkaca dari musibah pandemi 1918, setidaknya butuh waktu sekitar empat tahun untuk benar-benar berakhir.
“Jadi wajib menggunakan masker selama empat tahunan itu. Dan bisa lebih panjang lagi kalau masyarakat tidak patuh aturan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, setelah pemberian vaksin pertama, tubuh tidak langsung kebal. Setidaknya perlu waktu seminggu untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi yang dihasilkan itu pun, lanjutnya, masih cukup rendah kadarnya.
Bahkan pada beberapa kasus, misalnya Hepatitis B, antibodi tidak terbentuk setelah vaksinasi. Sehingga infeksi sangat mungkin terjadi meski telah menerima vaksin.
“Setelah pemberian vaksin pertama, antibodi masih belum terbentuk. Sambil menunggu antibodi meningkat dengan baik, kita tetap harus memakai masker dan mematuhi protokol kesehatan lainnya,” kata dosen pada Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unair itu.
Selain itu, menurutnya tujuan vaksinasi tidak menghentikan penularan virus.
Ia menyarankan agar tetap melakukan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, mengurangi mobilisasi, dan menjauhi kerumunan.
“Pemberian vaksin juga tidak melindungi kita dari proses penularan virus. Karena walaupun sudah divaksin, transmisi virus kan tetap terjadi,” tuturnya.
Kepada masyarakat, Agung mengingatkan bahwa setelah pemberian vaksin, kekebalan tubuh belum tentu meningkat secara langsung.
Terlebih lagi, hasil vaksinasi setiap orang tidak sama. Oleh karena itu, masker tetap perlu dipakai.
“Penggunaan masker dapat meminimalisir virus yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jumlahnya kecil dan dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh,” katanya. (antaranews)