Harga Kedelai Diperkirakan Kembali Normal di Bulan Juni

MAKASSAR –  Kementerian Perdagangan memperkirakan harga kembali normal pada Juni seiring prediksi mulai membaiknya produksi kedelai di Amerika Selatan. Sekarang mahal karena pertanian kedelai terganggu akibat cuaca La Nina di Brasil dan Argentina.

Selain itu, aksi mogok pekerja di Argentina turut menyebabkan gangguan logistik pada pengapalan. Kemudian permintaan kedelai dari Tiongkok meningkat tajam dari 15 juta ton menjadi 28 juta ton pertahun.

“Kebutuhan kedelai China naik seiring peternakan babinya yang sudah membaik dari serangan flu,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi seperti dikutip dari FIN, Senin (11/1).

Meskipun harga kedelai diprediksi masih akan naik. Namun ia menjamin stok tetap terkendali atau aman untuk kebutuhan masyarakat di dalam negeri.

Ketua Asosiasi Suplier Toko Modern (Astom) Sulsel, Makmur Mingko, mengakui harga kedelai masih terus naik. Meskipun kata dia, permintaan pasar masih tetap bagus karena stok tetap normal. Hanya yang terpengaruh kepada perajin tempe dan tahu. Antara stop produksi atau menaikkan harga.

Kondisi ini sangat dikeluhkan perajin tempe dan tahu di Jalan Baji Nyawa Makassar. Meski masih memproduksi, namun rata-rata warga sudah mengurangi produksi.

“Jika biasanya kebutuhan 100 liter hingga 200 liter kedelai itu per hari. Tetapi sekarang hanya bisa 50 liter,” kata salah seorang pengusaha Tempe dan Tahu, Saiful, dikutip dari FIN.

Selain mengurangi produksi harga juga dinaikkan dari biasanya. Jika biasanya kecil itu Rp3.500 per papan sekarang terpaksa naik Rp5000. Begitupun dengan tahu.

Hal ini diakui terpaksa dilakukan sebagai strategi untuk tetap produksi ditengah mahalnya kedelai. “Sekarang saya belikan Rp460 per 50 kilogram di gudang. Dulu itu hanya Rp300 lebih,” katanya. (fin)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan