Airlangga Hartarto: Presiden Ingin Ketergantungan Kedelai Impor Dikurangi

JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu kebijakan pada  ketahanan pangan, pemerintah selama ini berkomitmen untuk menjaganya dari ketersediaan dan  harga yang terjangkau untuk masyarakat.

Airlangga Hartarto mengatakan, dalam rapat terbatas, Presiden Joko Widodo telah mengistruksikan agar segera mengurangi ketergantungan impor untuk komoditas pertanian.

Presiden Joko Widodo meminta agar produksi kedelai secara nasional untuk ditingkatkan. Hal ini agar kebutuhn kedelai untuk masyarakat dapat terpenuhi.

Bapak Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung impor karena dari hampir seluruh kebutuhan yang 2,4 (juta ton) itu produksi nasionalnya kan turun terus,” ujar Menko Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Selasa, (20/9).

Presiden juga meminta kepada  Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli kedelai yang berasal dari petani dengan harga yang telah ditentukan.

“Jadi untuk itu, untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa memproduksi. Itu di harga Rp10.000 (per kilogram),”  ujar Menko Airlangga.

Ketetuan harga untuk kedelai ini, diharapkan meningkatkan minat para petani untuk menanam kedelai. Sebab, selama ini harga kedelai impor yang berasal dari Amerika kurang dari 7.700 per kilogramnya.

Airlangga Hartarto menceritakan, pada 2018 lahan kedelai nasional ada sekitar 700 hektar. Namun untuk saat ini lahan kedelai hanya 150 hektar.

‘’Pengurangan ini disebabkan harga kedelai dari petani kalang bersaing dengan kedelai impor ,’’ cetus Airlangga Hartarto.

” Jadi kalau petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, ya mereka larinya ke jagung semua. Pemerintah ingin semua ada mix, tidak hanya jagung saja tetapi kedelainya juga bisa naik,” tambah Menko Airlangga.

Dalam rapat tersebut, Presiden Joko widodo menyampaikan, untuk penanaman kedelai para petani agar disediakan bibit unggul yang telah direkayasa secara genetika.

Rekayasa genetika ini bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi kedelai agar meningkat beberapa kali lipat.

Untuk bibi kedelai biasa hanya sekitar 1,6-2 ton per hektare. Namun dengan bibit unggul kedelai hasil rekayasa genetika  bisa menjadi 3,5-4 ton per hektare.

Untuk menyiapkan lahan kedelai ini, pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk perluasan tanam dari yang semula 150 ribu hektar menjadi 300 ribu hektar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan