Pendudukan Fighter

Salah satu demonstran itu aktif membuat video. Aktif pula memostingkannya di medsos. Ternyata ia ini bernama Derrick Evans. Dari West Virginia. Ia adalah anggota DPRD yang baru dilantik 1 Desember lalu. Dari Partai Republik.

Dalam postingannya itu terdengar ia ikut berteriak, bersorak, bernyanyi, dan memberi semangat demonstran yang lain.

Padahal pendudukan dan perusakan itu melanggar hukum.

Padahal saat dilantik sebulan lalu itu ia bersumpah untuk menjunjung tinggi konstitusi dan hukum.

Maka medsos pun ramai minta agar ia segera diberhentikan sebagai anggota DPRD –yang baru sekali ini ia peroleh dengan suara kurang dari 8.500.

Rupanya Evans menyesal. Atau ketakutan. Kemarin sore WIB, muncul postingannya barunya di medsos. “Saya lagi naik bus pulang dari Washington ke West Virginia. Saya itu biasa membuat film di berbagai negara. Apa salahnya saya membuat film dari kejadian hari ini,” katanya.

Evans minta kehadirannya di tengah-tengah demonstran diakui sebagai orang media. Tapi tiba-tiba ia menghapus semua video yang diunggah itu.

Empat jam lamanya gedung MPR Amerika diduduki pendukung Trump. Salah seorang di antaranya berhasil naik mimbar. Lalu meneriakkan misinya dengan lantang: Presiden Trump yang menang Pilpres!

Ada pula yang mengangkat podium, entah mau dibawa ke mana. Tapi banyak juga yang masuk ke ruang-ruang kerja anggota Kongres yang sudah dikosongkan. Di situ mereka mengobrak-abrik ruangan. Kertas berserakan di lantai. Mereka juga meninggalkan puntung rokok di meja. Atau di lantai. Rupanya selama 4 jam menduduki MPR mereka sempat bersantai merokok.

Para anggota legislatif sendiri (gabungan DPR dan DPD) diamankan di tempat khusus. Ada anggota yang mencoba bertahan di ruang sidang. Bahkan sempat melayani para demonstran. Tapi akhirnya diamankan juga. Terutama ketika para demonstran ada yang meneriakkan kata-kata kotor kepada nama-nama tertentu.

Bahkan Wapres Mike Pence termasuk yang mereka cari. Itu karena ada bocoran bahwa Pence tidak akan mau menuruti keinginan Trump.

Maka Pence mereka anggap sebagai pengkhianat.

Dan memang, tidak ada jalan hukum dan konstitusi bagi Pence untuk memenuhi keinginan itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan