“Misalnya, anak-anak diberi tugas dan dikumpulkan hanya sampai pukul 15.00 WIB, tapi karena akses sinyal yang sulit, tugas baru sampai pukul 21.00 WIB bahkan ada anak yang baru mengumpulkan tugas keesokan harinya,” jelasnya.
Selain terkendala sinyal, para orangtua tida bisa menemani anaknya saat belajar. Sebab, warga desa setiap harinya harus pergi berkebun sebagai buruh tani.
“Orang tua minta anaknya bisa belajar disekolah, tapi instruksi Kepala Dinas Pendidikan masih belum mengijinkan pembelajaran di sekolah, akhirnya kegiatan belajar mengajar kebanyakan dengan tatap muka di rumah, namun tetap diterapkan protokol kesehatan,” papar dia. (yan)