BANDUNG – Pemerintah Kota Bandung telah melakukan rapid test terhadap ratusan warga yang berada di sekitar kawasan Secapa AD. Dari tes tersebut, delapan warga telah dinyatakan reaktif. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna.
”Ada delapan orang yang reaktif dari 591 jadi secara umum masyarakatnya pada sehat cuman memang ada delapan orang yang ditindaklanjuti dengan swab hasilnya belum ada,” ujar Ema saat diwawancarai di Balaikota Bandung, Senin (20/7).
Lebih lanjut Ema mengatakan akan ada tahap selanjutnya yang dilakukan setelah memperoleh delapan warga yang reaktif, yakni dengan melakukan swab tes.
”Target yang reaktif pasti ditindaklanjuti swab tes,” imbuhnya.
Berdasarkan penuturan Ema, dari 600 warga yang ditargetkan untuk dilakukan rapid tes, ada sembilan orang yang tidak mengikuti tes. Sehingga hanya 591 warga yang telah dites dan dinilai kooperatif.
Dia mengungkapkan tidak ada tindakan untuk membujuk warga yang tidak hadir. Pasalnya, dia berpendapat yang terpenting adalah masyarakat semakin paham bahwa adanya tes tersebut penting.
Ema juga mengatakan adanya tes terhadap satu persen dari populasi sudah dinilai luar biasa. Kota Bandung sendiri sudah melalukan tes lebih dari satu persen populasi.
”Kalau Bandung rapid tes sudah yakin di atas 30 ribu sudah melebihi satu persen, kalau swab tes baru 12 ribuan karna memang biaya juga besar swab tes kita juga idealnya mencapai satu persen keinginan kalau anggaran ada vasilitasnya ada kenapa tidak dilakukan,” paparnya.
Sebelumnya, kasus yang terjadi di Sekolah Calon Perwira (Secapa) AD sempat menghebohkan Kota Bandung. Akibatnya, beberapa kecamatan yang berdekatan dengan lokasi Secapa yang terletak di Jalan Hegarmanah harus memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM).
Bahkan Wali Kota Bandung, Oded M. Danial meminta aparat kewilayahan melakukan rapid test dan swab tes pada masyarakat yang tinggal berdekatan dengan kantor Secapa AD. Meski sebelumnya warga sempat menolak, namun akhirnya mereka pun dapat menerima saat diminta untuk dilakukan tes.
”Saat ini sudah ada 600 warga yang telah dilakukan rapid test. Kalau dulu mereka menolak, karena mereka beralasan takut diisolasi dan akhirnya tidak bisa mencari uang,” kata Oded, beberapa waktu lalu.(mg7/ziz)