The Art of War Santun Ali Bin Abu Thalib

Sosok Ali bin Abi Thalib

Keseharian Ali dikenal sangat sederhana dan zuhud. Tidak tampak perbedaan kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah.

Ahlussunnah memandang Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang sahabat Nabi yang terpandang. Hubungan kekerabatan Ali dan Rasulullah sangat dekat, sehingga ia merupakan seorang ahlul bait dari Nabi S.A.W. Ahlussunnah juga mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk).

Sunni menambahkan nama Ali di belakang dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah ridha padanya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada sahabat nabi yang lain.

Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah atau semoga Allah memuliakan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik. Berdasarkan riwayat, dia tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk. Bahkan yang kurang sopan sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa dia tidak suka memandang ke bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri.

Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari Ali bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan Ali. Sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyah dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani. Merupakan keturunan langsung dari Ali melalui Hasan bin Ali. Seperti tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani (karya Syekh Ja’far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.

Namun, julukan yang paling disukai adalah Abu Turab yang disematkan rasulullah. Ketika Rasulullah mencari Ali bin Abi Thalib menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu rasulullah pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, “Duduklah wahai Abu Turab, duduklah.” Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab.

Pada akhir masa pemerintahan Umar bin Khattab, Ali termasuk salah seorang yang ditunjuk menjadi anggota Majlis As-Syura, forum yang membahas penggantian khalifah. Forum ini beranggotakan enam orang. Kelima orang lainnya adalah Utsman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’d bin Abi Waqqas, dan Abdur Rahman bin Auf. Hasil musyawarah menentukan Usman bin Affan sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan