Yang perlu dicatat: Lee Hsien Loong tetap pada pendiriannya. Hasil pemilu ini akan membuat ia meletakkan jabatan. Ia akan menyerahkan kepemimpinan ke 4G: Heng Swee Keat. Yang sekarang menjabat Wakil PM.
Sudah setahun lamanya nama itu dimasukkan test the water. Sejak setahun lalu orang Singapura tahu: itulah calon pemimpin baru mereka. Bukan dari keluarga Lee lagi.
Ternyata tes itu seperti tidak ada gunanya. Pandemi Covid-19 membuat rakyat tidak punya waktu mempersoalkan calon itu. Rakyat sudah sangat lelah memikirkan nasibnya sendiri.
Lee Hsien Loong –yang menjadi perdana menteri sejak 2004– tentu akan punya jabatan baru: mungkin menteri senior.
Sayangnya masa jabatan sepanjang 16 tahun itu harus berakhir di masa pandemi. Bahkan sebelum wabah pun sudah ditandai dengan sengketa terbuka dengan kedua adiknya.
Rakyat Singapura juga tidak sempat menilai: apakah pemerintahannya gagal atau berhasil menangani pandemi.
Dari segi jumlah yang mati boleh dibilang berhasil. Tapi dari jumlah yang tertular mestinya memalukan.
Kok Singapura kalah hebat dengan Indonesia. Penduduknya hanya 5 juta. Yang terkena Covid-19 mencapai 36.000 lebih. Padahal Indonesia yang berpenduduk 250 juta saja penderitanya kurang dari 25.000.
Tingginya penderita Covid-19 di Singapura itu sekaligus menyingkap borok: di negara berpenduduk 5 juta itu punya tenaga kerja asingnya 1,2 juta. Yang 350.000 di antaranya buruh kasar. Dari Bangladesh, India, atau Myanmar. Mereka inilah yang terbanyak tertular. Akibat kondisi asrama buruh yang tidak sehat.
Tentu Singapura tidak perlu cari pinjaman. Cadangan devisanya mencapai satu triliun dolar –10 kali lipat cadangan devisa kita.
Cadangan itulah yang dipakai untuk mengatasi wabah Covid-19. Cukup dengan hanya mengambil 10 persennya.
Bagi Singapura, New Normal adalah New Leader. (Dahlan Iskan)