CIPONGKOR – Menurunnya permintaan kolang-kaling pada ramadhan kali ini sangat dirasakan dan dikeluhkan Pengrajin kolang kaling di Kampung Cipari Kidul, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Padahal biasanya memasuki bulan ramadhan permintaan kolang kaling akan meningkat. Kondisi tahun ini sangat bertolak belakang, sehingga sebagian hasil panen terpaksa harus dibuang karena tidak laku.
Salah seorang pengrajin kolang kaling, Ai Rosmiati (32) mengatakan, pada kondisi normal permintaan terhadap buah dari pohon aren ini biasanya sudah mengalami peningkatan beberapa pekan sebelum ramadhan.
Pasalnya banyak pedagang besar yang menyetok barangnya, mengingat kolang kaling banyak dicari untuk dijadikan menu santapan berbuka puasa.
“Kalau tahun lalu dua minggu sebelum puasa sudah banyak yang nyari, kadang sampe kewalahan. Sekarang gara-gara Corona pesanan kolang kaling jadi sepi,” tuturnya, Senin (11/5).
Menurutnya, bagi warga di wilayahnya ramadhan semestinya menjadi momen panen rejeki dari penjualan kolang kaling. Namun Ramadhan tahun ini akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka aktivitas jual beli jadi sepi.
“Padahal dari awal kami sudah mempersiapkan stok kolang-kaling dalam jumlah banyak untuk dijual. Tapi justru malah merugi,” ceritanya.
Biasanya dalam sehari, perajin bisa memproduksi kolang-kaling mencapai 30 kilogram dengan nilai jual di bulan Ramadhan kepada bandar Rp10.000. Sedangkan dihari-hari biasa harga kolang-kaling berkisar antara Rp4.000/kilogram.
“Ada beberapa yang terpaksa harus dibuang karena terlalu lama disimpan. Tapi masuk minggu ketiga puasa pembeli sudah agak meningkat,” bebernya.
Kesulitan penjualan kolang kaling juga disebabkan oleh bahan bakunya yang mulai menipis. Belum lagi proses pengolahannya yang rumit dan lama.
“Tiap bulan puasa kolang kaling bisa terjual lima kwintal. Sekarang bahan bakunya sudah mulai susah, apalagi proses pembuatannya juga lama sementara puasa sudah tinggal dua minggu lagi,” timpal pengrajin lainnya, Obar (55). (mg6/yan)