Yoga Move On

“Sibuk dulu, pak. Sehari saya bisa mengajar dari jam 5 pagi sampai 9 malam. Tiap hari.”

“Kenapa di online Anda batasi 12 orang?”

“Agar saya bisa memperhatikan postur tubuh mereka, pak. Saya bisa membetulkan gerak mereka.”

“Berarti Anda bisa melihat satu persatu semua murid Anda…”

“Tidak juga, pak. Ada yang tidak mau meng ‘on’ kan kamera. Malu, katanya.”

“Waktu mulai punya uang, Anda beli rumah dulu atau mobil dulu?”

“Mobil dulu, pak.”

“Hah…?”

“Mobilitas saya tinggi pak. Saya pernah naik motor. Tapi sekarang mobil.”

“Karena klien Anda orang-orang kaya?”

“Tidak juga, pak. Saya harus banyak bawa peralatan. Matras, tali-tali, block dll. Juga supaya tidak kehujanan.”

“Apakah Anda terus memperbarui ilmu yoga?”

“Iya, pak. Setahun sekali saya ikut workshop.”

“Di mana…?”

“Di Malaysia, pak.”

“Kenapa Malaysia?”

“Sudah nyaman dengan gurunya. Sudah seperti keluarga.”

“Di Surabaya ini ada berapa guru yoga?”

“Banyak sekali, pak.”

“100 orang?”

“Ratusan, pak.”

“200?”

“Kurang lebih.”

“Sampai umur berapa akan terus menjadi guru yoga?”

“Sampai saya masih diperlukan.”

“Apakah dengan bertambahnya umur seseorang kelenturan badannya berkurang?”

“Tidak, pak. Sepanjang terus latihan.”

“Saya sering semedi, tapi belum pernah yoga. Yoga itu lebih ke olahraga atau olah jiwa?”

“Samadhi yang lebih ke jiwa. Yoga itu untuk kelenturan dan kekuatan tubuh. Pose-pose yoga itu alat/tool untuk menuju samadhi.”

“Oh…. Jadi…”

“Jadi di yoga itu, istilahnya, ada 9 limbs of yoga.”

“Maafkan… Saya tidak mengerti…”

“Yama (abstinences), niyama (observances), asana (yoga postures), pranayama (breath control), pratyahara (withdrawal of the senses), dharana (concentration), dhyana (meditation) dan samadhi (absorption).”

“Saya pusing….Itu dilakukan dalam satu sesi yoga?”

“Samadhi itu tujuan akhir yoga. Menuju samadhi itu tidak mudah. Kebanyakan, yang dilakukan, hanya sampai asana (pose/gerakan) saja.”

“Oh….”

“Kebanyakan hanya sampai keringetan saja. Hehehe…”

“Pertanyaan terakhir: apakah Anda merasa diri Anda sedikit kewanita-wanitaan?”

“Tidak, pak”.

“Maafkan. Terima kasih.”

“Sama-sama, pak”.

“Kapan punya studio sendiri?”

“Sekarang belum ada rencana, pak. Untuk punya studio sendiri tidak mudah.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan