CIMAHI – Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cimahi mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibabat Jalan Amir Mahmud, Selasa (28/4/2020.
Kedatangan yang katanya wakil rakyat itu untuk mengecek kesiapan RSUD Cibabat dalam menerima pasien positif Corona Virus Disease (Covid-19).
Seperti diketahui, RSUD Cibabat kini menjadi salah satu RS rujukan pasien Covid-19. Sebelumnya RSUD hanya menangani Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sedang, dan PDP berat.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Cimahi, Ayis Lavilianto mengatakan, berdasarkan informasi yang masuk ke pihaknya banyak sekali pasien yang positif Covid-19, tapi dirawat mandiri atau diioslasi mandiri. Padahal, kata dia, kondisi tersebut sangat berbahaya sebab dikhawatirkan tidak sesuai SOP.
“Ini berpotensi untuk menularkan ke keluarganya dan masyarakat. Jika RSUD ini siap, dan bisa menerim pasien positif corona, baik itu yang PDP maupun yang positif. Positif juga kan ada yang positif dengan gejala, dan ada positif OTG (Orang Tanpa Gejala),” terang Ayis.
Pihaknya menginginkan, yang postif OTG ini langsung di rawat. Jika di RSUD Cibabat ruangannya kurang, maka bisa dikerjasamakan dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Barat, Jalan Kolonel Masturi
“Kita disini untuk yang positif dengan penyakit bawaan seperti jantung, paru-paru dan lain sebaginya, kapasitasnya hanya 2 tempat tidur. Tempatnya sudah siap, tinggal diberesin dan dibersihkan sedikit-sedikit,” bebernya.
Intinya, sambung Ayis, pihak RSUD siap menerima pasien postif Covid-19, tinggal dikomunikasikan antara Dinas Kesehatan (Dinkes) dan RSUD Cibabat. “Termasuk juga tadi untuk yang PDP. Disini kamar untuk PDP masih banyak yang kosong. Dan jika memungkinkan bisa dipakai kalau di BPSDM penuh, tapi saya kira belum penuh karena kapasitas disananya juga besar,” tuturnya.
Menurut Ayis, untuk menunjang penanganan pasien Covid-19, RSUD Cibabat juga menambah beberapa fasilitas, salah satunya adalah swab test.
“Kalau sekarang kan swab test dilakukan di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin) Bandung. Disana kan ngantrinya banyak tuh, bisa sampai 12 hari. Keburu nularin kemana-mana. Kalau kita punya sendiri kan bisa lebih cepat, sehari dua hari bisa langsung ketahuan, dan pasien juga langsung diisolasi. Bisa langsung diambil tindakan,” terangnya.