Entah Kapan pekerjaannya berakhir, penghargaan tertinggi layak diberikan kepada para analis biologi yanng setiap harinya harus berhadapan dengan virus-visrus mematika dari ratusan sampel yang dikirim oleh orang yang terduga kena Covid-19.
Erwin Mintara, Kota Bandung
Jantungnya berdegup kencang ketika sampel Swab masuk di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Raut wajahnya terlihat lelah, tapi sorotan matanya di balik kaca mata pelindung itu tidak bisa tinggal diam tak kala tabung-tabung kecil yang berisi sampel swab (upas) terduga Covid-19 ada di meja kerjanya.
Ketatnya baju Hazmat suit sudah tak dirasakan. Padahal dia dan beberapa rekannya sudah lebih 6 jam memakai baju Alat Perlindungan Diri (APD) itu.
Aulia Saraswati Wicaksono salah seorang Analis/ahli biologi dari Laboratorium Mikrobiologi langsung cekatan mengerjakan proses ekstraksi dari sampel untuk dimasukan ke dalam Viral Transport Media (VTM).
Setia hari semakin ratusan sampel masuk. Aulia bersama 5 rekannya sempat dibuat kewalahan. Sampel swab diuji satu persatu untuk memastikan apakan orang yang memiliki sampel itu terkena Covid-19 atau tidak.
Di usia yang baru 24 tahun, terbilang masih terlalu muda bagi Aulia yang harus berjibaku ikut membantu mengetes sampel-sampel virus mematikan.
Sebelumnya dia mengaku sudah terbiasa menganalisa sampel TB dan HIV. Justru, menguji sampel swab terduga Covid-19 lebih mudah jika dibandingkan mengalnalisa swab Tuberkolosis (TB).
“Malah itu lebih berbahaya TB karena harus dikultur dan itu (partikel) aerosol bisa menular lewat udara),” kata Aulia yang menggeluti penelitian analisa sejak Januari 2019.
Pekerjaannya bukan tanpa resiko. Agar terhindar dari paparan virus mematikan, menjaga kesehatan, hidup higienis manjadi kunci agar dia dan rekannya bisa selalu bekerja.
’’Saya pulang ganti baju dan mandi, karena selain melindungi diri sendiri saya juga harus melindungi keluarga,” ucap dia.
Menekuni profesi sebagai analisis biologi memiliki resiko sangat besar. Keluarganya pun sudah tahu risiko pekerjaannya itu.
Labkesda Jabar memiliki delapan petugas analisa semuanya dari ITB yang merupakan mahasiswa dan asisten penelitian yang bekerja secara sukarela.