BANDUNG-Industri sering dikaitkan dengan pembungan limbah yang tidak sehat dan rentan mencemari lingkungan. Dengan demikian, dalam menumbuhkan kesadaran para mahasiswa berwawasan lingkungan, Universitas Jendral Achmad Yani (Unjani) Bandung membagikan 500 bibit kepada 39 sekolah Adiwiyata.
Puluhan sekolah tersebut merupakan tempat pendidikan, yang menerapkan kepedulian dan wawasan lingkungan kepada setiap siswanya. Lebih jauh, bukan hanya di sekolah tapi juga diharapkan dapat ditularkan siswa di sekitar tempat tinggalnya.
Ketua Jurusan Teknik Industri Unjani, Cucu Wahyudin mengatakan, bahwa pihaknya mewajibkan mahasiswa khususnya jurusan teknik industri untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan, dan berkolaborasi dengan masyarakat.
“Ini penting karena kami menghasilkan para sarjana yang siap bekerja di dunia industri. Tapi dengan kecenderungan industri yang mencemari alam, maka mereka juga memiliki kewajiban menjaga lingkungan,” ujarnya di sela-sela Interval 5.0 Adiwiyata Festival di Kampus Unjani Bandung, Jalan Papanggungan, Kota Bandung, Sabtu (22/2).
Menurutnya, kolaborasi dengan beragam penggiat atau komunitas alam maupun pemerintah, maka dapat menjadi edukasi kepada para mahasiswa. Diakuinya bahwa industri memiliki peran yang besar juga, dalam menjaga lingkungan di masyarakat.
“Kami berharap bisa menyentuh hati terdalam para mahasiswa, bahwa saat bekerja di industri, mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung, Eric M. Attauriq mengatakan bahwa melalui festival adiwiyata tersebut, maka ikut memberikan pemahaman sejak dini akan kepedulian terhadap lingkungan. Terlebih selaras dengan program Pemkot Bandung, termasuk Kang Pisman.
“Harapan kami nantinya mereka bisa lebih mengenal dan peduli terhadap lingkungan. Karena program peduli lingkungan ini, bukan program Pemkot Bandung semata tapi kebutuhan bersama,” tuturnya.
Eric menjelaskan bahwa progress program Kang Pisman di Kota Bandung mengalami peningkatan, terbukti dengan semakin banyaknya kolaborasi dan dukungan kewilayahan akan kegiatan berwawasan lingkungan.
Ia menerangkan bahwa persoalan sampah tidak bisa diselesaikan secara singkat, karena terkait akan sikap dan budaya masyarakat dalam mengelola sampah. Dengan demikian, dibutuhkan waktu dan proses, termasuk komitmen dari seluruh elemen masyarakat dan stakeholder.