”Kami berempat sama sekali tidak merasakan ada gerakan apa pun,” ujar Ny Farida.
Begitu damainya perjalanan terakhir nafas Gus Sholah. Khusnul khotimah. Amin.
Dari kediaman Gus Sholah ini saya menuju makam. Yang letaknya hanya beberapa belas langkah di depan rumah itu.
Di makam itulah Presiden Gus Dur dimakamkan. Di situ juga Gus Sholah dikebumikan.
Begitu banyak orang yang datang. Termasuk yang dari Blitar, Bondowoso, Situbondo, dan banyak lagi. Mereka duduk bersila untuk mengucapkan tahlil di dekat makam itu.
Saya pun beralih lagi ke rumah induk di Pondok Tebu Ireng itu. Yang hanya tiga rumah di sebelah rumah Gus Sholah. Saya masih juga terus bersama Gus Irfan.
Di rumah induk inilah saya ditemui Gus Kikin. Yang nama lengkapnya adalah Abdul Hakim Mahfudz. Suguhan tamu di situ banyak sekali. Saya pilih makan duku saja. Yang sangat manis dan lezat itu.
Gus Kikin itulah yang telah ditunjuk menggantikan Gus Sholah menjadi pimpinan tertinggi Tebu Ireng. Kami duduk bersila di ruang depan rumah induk itu. Ngobrol banyak hal. Tapi saya yang memulai bicara.
Ayah Gus Kikin sendiri seorang kiai. Ibunya adalah sepupu Gus Dur. Kakek dari ayahnya juga kiai besar, KH Maksum. Yang karya beliau menjadi buku pegangan di pesantren: Kitab Amtsilatut Tashrifiyah.
Itulah kitab etimologi yang sampai sekarang masih diajarkan di Pondok Tebu Ireng. Kini Gus Kikin sendiri yang mengajarkan kitab kuning itu kepada para santrinya.
Gus Kikin juga masih mengajarkan kitab kuning populer lainnya: Durusul Falaqiyah.
Dari pesantren itu Gus Kikin masuk akademi yang tidak akan Anda sangka: Akademi Pelayaran di Jakarta. Sampai selesai. Sampai memiliki kemampuan mengemudikan kapal.
Setamat akademi itu Gus Kikin berkarir di BUMN: menjadi pegawai Djakarta Lloyd. Dengan karir yang moncer pula: umur 30 tahun sudah menjadi kepala cabang di Cilegon.
Itulah masa jaya Djakarta Lloyd. Dengan grup band terkemukanya: D’Lloyd.
Setelah lebih 10 tahun di Djakarta Lloyd –dan pindah-pindah ke beberapa cabang—Gus Kikin pun keluar. ”Saya melihat ada yang tidak sehat di situ. Suatu saat akan bahaya,” ujar beliau.